Selasa, 12 Mei 2015

LINGUISTIK AL-QUR`AN PERSPEKTIF‘ILM AL-MA’ANI : KALAM KHABAR DAN KALAM INSYA`

LINGUISTIK AL-QUR`AN PERSPEKTIF‘ILM AL-MA’ANI :
KALAM KHABAR DAN KALAM INSYA`

A. Pendahuluan
Ilmu Balaghah adalah suatu bidang ilmu yang bertujuan untuk menyampaikan makna yang agung secara jelas dengan menggunakan kata-kata yang benar dan fasih, yang memiliki kesan dalam hati dan cukup menarik serta sesuai setiap kalimatnya kepada kondisi atau situasi sekaligus kepada orang-orang yang diajak bicara.
Ilmu ma’ani adalah pokok-Pokok dan dasar-dasar untuk mengetahui tatacara menyeusuaikan kalimat kepada kontekstualnya sehingga cocok dengan tujuan yang dikehendaki. Ilmu ma’ani pertama kali di kembangkan oleh Abd al- Qahir al- Jurzani.
Objek kajian ilmu ma’ani adalah kalimat-kalimat yang berbahasa arab. Tentu ditemukannya ilmu ini bertujuan untuk mengungkap kemukjizatan al-Qur’an, al-Hadits dan rahasia-rahasia kefasihan kalimat-kalimat bahasa Arab, baik puisi maupun prosa.
Dari sekelumit penjelasan ilmu ma’ani di atas, bahwa objek kajiannya kalimat yang berbahasa arab, kemudian timbul pertanyaan, kalimat apa yang menjadi objek kajiannya, sehingga akhirnya orang yang mengkajinya bisa lebih mengerti dan memahami objek kajian ilmu ma’ani.  Untuk hal itu penulis memaparkannya dalam sebuah makalah yang berjudul : Linguistik Al-Qur`an Perspektif‘ilm al-Ma’ani: Kalam Khabar dan Kalam Insya`

B. Pengertian Ilmu Ma’ani
Kata Ma’ani merupakan bentuk jamak dari ( معنى ). Secara leksikal[1] kata tersebut berati maksud, arti atau makna. Para ahli ilmu Bayan mendefinisikannya sebagai pengungkapan melalui ucapan tentang sesuatu yang ada dalam pikiran atau disebut juga sebagai gambaran dari pikiran.
Sedangkan menurut istilah, ilmu ma’ani adalah ilmu untuk mengetahui hal ihwal lafazh bahasa Arab yang sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi.             

اللفظ العربي التي بها يطابق مقتضى الحال                                  أحوال ف به يعر علم     
Yang dimaksud dengan hal ihwal lafazh bahasa Arab adalah model-model susunan kalimat dalam bahasa Arab, seperti penggunaan taqdîm atau ta’khir, penggunaan ma’rifah atau nakirah, disebut (dzikr) atau dibuang (hadzf), dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan situasi dan kondisi adalah situasi dan kondisi mukhathab, seperti keadaan kosong dari informasi itu, atau ragu-ragu, atau malah mengingkari informasi tersebut. Ilmu ma’ani pertama kali dikembangkan oleh Abd al-Qahir al-Jurzani.[2]

C.Kalam Khobar Dan Kalam Insya
1.     Kalam Khabar
Kalam khabar adalah kalimat yang pembicaraannya dapat dikatakan sebagai orang yang benar atau dusta. Bila kalimat itu sesuai dengan kenyataan, maka pembicarannya adalah benar, dan bila kalimat itu tidak sesuai dengan kenyataan, maka pembicaraannya adalah dusta.[3]
a.    Contoh-contoh Kalam Khabar :
1.   
و لدالنبي صلى الله عليه وسلم عام الفيل وأوحي إليه فى سنّ الأربعين وأقام بمكة ثلاث عشرة سنة وبالمدينةعشرا
Nabi Muhammad Saw. Dilahirkan pada tahun gajah, diturunkan wahyu kepadanya ketika ia berumur empat puluh tahun. Beliau bermukim dimekah selama tiga belas tahun dan dimadinah selama sepuluh tahun.

2.   
tA$s% Éb>u ÎoTÎ) z`ydur ãNôàyèø9$# ÓÍh_ÏB Ÿ@yètGô©$#ur â¨ù&§9$# $Y6øŠx© öNs9ur .`à2r& šÍ¬!%tæßÎ/ Éb>u $wŠÉ)x© ÇÍÈ  
Ia berkata "Ya Tuhanku, Sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku.[4]
3.    
وليس أخوالحا جا ت من با ت نا ئما*
                                           و لكن أخوها من يبيت على وجل *
Orang yang punya banyak kebutuhan itu bukan orang yang sepanjang malam tidur nyenyak. Akan tetapi, orang yang punya banyak kebutuhan adalah orang yang sepanjang malam penuh ketakutan.

Contoh yang pertama menunjukan bahwa si pembicara bermaksud menyampaikan hukum yang terkandung dalam berita yang disampaikannya. Hukum tersebut disebut sebagai faa-idatul khabar. Jadi, pembicara dalam contoh yang pertama bermaksud memberi tahu pendengarnya tentang hal yang semula tidak diketahuinya, yakni tahun kelahiran Nabi Saw., sejarah pewahyuan al-Qur’an kepadanya (Rasulallah) dan lama mukimnya di Mekah dan Madinah.
Pada contoh kedua, Zakaria menyifati dirinya dengan menampakan kelemahannya dan terkikis kekuatannya. Pada contoh terakhir Thahir bin al-Husain tidak bermaksud menyampaikan berita, melainkan bermaksud menghimbau pegawainya untuk giat dan bersungguh-sungguh dalam menarik upeti daerahnya.[5]

b.    Kaidah-kaidahnya
1.    Kalam khabar yang diucapkan untuk salah satu dari dua maksud berikut:
a.       Memberi tahu kepada orang yang diajak bicara mengenai hukum yang terkandung di dalamnya dan hukum tersebut disebut sebagai faa-idatul-khabar.
b.      Memberi tahu bahwa sang pembicara mengetahui hukum yang terkandung di dalamnya, dan hal ini disebut sebagai laazimul faa-idat.
2.    Kalam khabar diucapkan untuk maksud yang lain, yang dapat dipahami dari susunan kalimat :
a). Al-Istirham, untuk mencari belas kasihan.
b). Izhhaarudh-Dha’if, untuk menampakkan kelemahan.
c). Izhhaarudh-Tahassur, untuk menampakkan kekecewaan.
d). Al-fakhr, untuk kesombongan.
e). Menghimbau untuk berusaha dan rajin.[6]

c.    Macam-macam Kalam Khabar
1). Kondisi mukhatab yang hatinya bebas dari hukum yang terkandung di dalam kalimat (yang akan diucapkan).
Dalam kondisi demikian, kalimat disampaikan dengan adat taukid. Kalam khabar semacam ini disebut sebagai ibtidai (dasar).
Contoh ibtidai dalam firman Allah Qs. al-Baqarah [2] : 2 :
y7Ï9ºsŒ Ü=»tGÅ6ø9$# Ÿw |=÷ƒu ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`ŠÉ)­FßJù=Ïj9 ÇËÈ  
Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.[7]
2)   Ragu terhadap hukum dan ingin memperoleh suatu keyakinan dalam mengetahuinya.
Dalam kondisi demikian, lebih baik kalimat disampaikan disertai dengan lafaz penguat agar dapat menguasai dirinya. Kalimat semacam ini disebut thalabi. Contoh thalabi dalam firman Allah QS. al-ahzab [33] : 18 :
* ôs% ÞOn=÷ètƒ ª!$# tûüÏ%ÈhqyèßJø9$# óOä3ZÏB tû,Î#ͬ!$s)ø9$#ur öNÎgÏRºuq÷z\} §Nè=yd $uZøŠs9Î) ( Ÿwur tbqè?ù'tƒ }¨ù't7ø9$# žwÎ) ¸xÎ=s% ÇÊÑÈ  

Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang- halangi di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya: "Marilah kepada kami". dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar.[8]

3)   Mengingkari isi kalimat.
Dalam kondisi demikian, kalimat wajib disertai penguat dengan satu penguat atau lebih sesuai dengan frekuensi keingkarannya. Kalimat yang demikian disebut inkari. Contoh inkari dalam firman Allah QS. Ali Imran (3): 186 :
* žcâqn=ö7çFs9 þÎû öNà6Ï9ºuqøBr& öNà6Å¡àÿRr&ur  ÆãèyJó¡tFs9ur z`ÏB z`ƒÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# `ÏB öNà6Î=ö6s% z`ÏBur šúïÏ%©!$# (#þqä.uŽõ°r& ]Œr& #ZŽÏWx. 4 bÎ)ur (#rçŽÉ9óÁs? (#qà)­Gs?ur ¨bÎ*sù šÏ9ºsŒ ô`ÏB ÏQ÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÑÏÈ  
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. (QS. Ali Imran [3] : 186 ) [9]

2. Kalam Insya
a. pengrertian Kalam Insya
 Kalam Insya’ adalah kalimat yang penuturnya tidak bisa dinilai bohong ataupun jujur. Kalam insya’ dibagi kedalam dua bagian, yaitu (1) Insya’ thalaby (2) Insya’ ghairu thalaby.
Sebagaimana kaidah yang terdapat dalam kitab Jauharul Maknun :
والطلب ا ستدعاءمالم يحصل   (*)   أقسامه كثيرة ستنجلى              
   أمرونهى ودعاءوندا    (*)    تمن استفهام اعطيت الهدى
“ (Kalam insya terbagi dua, yaitu : insya tholabi dan insya ghoiru tholabi). Adapun insya tholabi yaitu menghendaki (mencari) makna yang belum berhasil.
Yaitu : Amar, Nahi, Do’a, Nida, Tamanni, dan Istifham.”[10]
b. Pembagian Kalam Insya
kalam insya terbagi menjadi dua :
1)      Insya Thalabi
2)      Insya Ghair Thalabi.[11]

a). Insya’ thalabi
وهومالايستد عى مطلو با غير حا صل وقت الطلب
“ Yaitu kalam yang tidak menghendaki (mencari) makna yang diharafkan yang belum berhasil pada waktu adanya tutunan.”[12]
Sebagaimana dari koidah di atas, jadi kalam Insya’ thalabi adalah kalimat yang menghendaki suatu permintaan yang belum diperoleh saat meminta. Insya’ thalaby dibagi ke dalam lima macam, yaitu[13] :
1)   Al-`amr.
Al-`amr adalah meminta/menuntut terlaksananya suatu pekerjaan oleh pihak yang lebih tinggi kepada pihak yang lebih rendah untuk melaksanakan perintah. Dilihat dari bentuk kalimatnya, al-`amr dalam bahasa Arab memiliki empat bentuk, yaitu  fi’il amar, fi’il mudhore yang didahului oleh lam amar, isim fi’il amar, dan masdar yang menggantikan fiil amar.[14]
a)      Fi’il `amr (Perintah)
 contoh:
4Ózósu»tƒ Éè{ |=»tFÅ6ø9$# ;o§qà)Î/ ( çm»oY÷s?#uäur zNõ3çtø:$# $wŠÎ6|¹ ÇÊËÈ  
Hai Yahya, ambillah Al kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak.[15]
Kata =»tFÅ6ø9$#è{  (amblah kitab itu), merupakan khobar insya karena fi’il amr, yang menunjukan perintah dan tidak diketahui benar atau salahnya.
b)      Fi’il mudhâri’ yang bersambung dengan lâm al-amr,
 contoh:
÷,ÏÿYãÏ9 rèŒ 7pyèy `ÏiB ¾ÏmÏFyèy ( `tBur uÏè% Ïmøn=tã ¼çmè%øÍ ÷,ÏÿYãù=sù !$£JÏB çm9s?#uä ª!$# 4 Ÿw ß#Ïk=s3ムª!$# $²¡øÿtR žwÎ) !$tB $yg8s?#uä 4 ã@yèôfuŠy ª!$# y÷èt/ 9Žô£ãã #ZŽô£ç ÇÐÈ  

Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.[16]
Kata ,ÏÿYãÏ9 (hendaklah), merupakan khobar insya karena ada Fi’il mudhâri’ yang bersambung dengan lâm al-`amr, dan tidak diketahui benar atau salahnya.
c) Ism fi’il al-`amr, contoh:
1. صَه = Diamlah !
2. اَمِيْنَ = Kabulkanlah !
3. نَزَالَ = Turunkan !
4. دَرَاكِ = Susullah !
d) Mashdar sebagai ganti fi’il `amr, contoh:
سَعْيَا فِى سَبِيْلِ الْخَيرِ
Berusahalah dengan sungguh-sungguh di jalan kebaikan.[17]

2) Al-Nahy (Larangan)
Adalah tuntunan tidak dilakukannya suatu perbuatan yang disampaikan oleh seseorang kepada orang yang martabatnya lebih rendah.
Contoh :
Ÿwur (#qç/tø)s? tA$tB ÉOŠÏKuŠø9$# žwÎ) ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4Ó®Lym x÷è=ö7tƒ ¼çn£ä©r& ( (#qèù÷rr&ur Ÿ@øx6ø9$# tb#uÏJø9$#ur ÅÝó¡É)ø9$$Î/ ( Ÿw ß#Ïk=s3çR $²¡øÿtR žwÎ) $ygyèóãr ( #sŒÎ)ur óOçFù=è% (#qä9Ïôã$$sù öqs9ur tb%Ÿ2 #sŒ 4n1öè% ( ÏôgyèÎ/ur «!$# (#qèù÷rr& 4 öNà6Ï9ºsŒ Nä38¢¹ur ¾ÏmÎ/ ÷/ä3ª=yès9 šcr㍩.xs? ÇÊÎËÈ
 
 Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.[18]

Bila kita perhatikan pada contoh, kita dapatkan berupa redaksi untuk melarang dilakukannya suatu perbuatan, dan kalau kita perhatikan lebih jauh, maka yang melarang itu derajatnya lebih tinggi daripada yang dilarang, karena pelarangnya pada contoh adalah Allah Saw,  Sedangkan yang dilarang adalah hamba-hambanya.
Larangan tersebut adalah larangan Hakiki[19]. Jika kita perhatikan redaksi Ÿ (#qç/tø)s?wur (dan janganlah kamu dekati) larangannya pada contoh tersebut yakni Fi’il Mudhari di dahului dengan Laa Nahiyah.[20]

3) Do’a (Permohonan)
وَهُوَ طَلَبُ الفِعلِ مَعَ تَذَ لُّلِ وَ خُضُوعٍ
“ Yaitu meminta suatu perbuatan yang disertai rasa rendah diri dan kekhususan hati.”[21]
Contoh :
zO¡¡t6tGsù %Z3Ïm$|Ê `ÏiB $ygÏ9öqs% tA$s%ur Éb>u ûÓÍ_ôãÎ÷rr& ÷br& tä3ô©r& štFyJ÷èÏR ûÓÉL©9$# |MôJyè÷Rr& ¥n?tã 4n?tãur žt$Î!ºur ÷br&ur Ÿ@uHùår& $[sÎ=»|¹ çm8|Êös? ÓÍ_ù=Åz÷Šr&ur y7ÏGpHôqtÎ/ Îû x8ÏŠ$t7Ïã šúüÅsÎ=»¢Á9$# ÇÊÒÈ  
Maka Dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) Perkataan semut itu. dan Dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh".[22]
Ÿw ß#Ïk=s3ムª!$# $²¡øÿtR žwÎ) $ygyèóãr 4 $ygs9 $tB ôMt6|¡x. $pköŽn=tãur $tB ôMt6|¡tFø.$# 3 $oY­/u Ÿw !$tRõÏ{#xsè? bÎ) !$uZŠÅ¡®S ÷rr& $tRù'sÜ÷zr& 4 $oY­/u Ÿwur ö@ÏJóss? !$uZøŠn=tã #\ô¹Î) $yJx. ¼çmtFù=yJym n?tã šúïÏ%©!$# `ÏB $uZÎ=ö6s% 4 $uZ­/u Ÿwur $oYù=ÏdJysè? $tB Ÿw sps%$sÛ $oYs9 ¾ÏmÎ/ ( ß#ôã$#ur $¨Ytã öÏÿøî$#ur $oYs9 !$uZôJymö$#ur 4 |MRr& $uZ9s9öqtB $tRöÝÁR$$sù n?tã ÏQöqs)ø9$# šúï͍Ïÿ»x6ø9$# ÇËÑÏÈ  
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."[23]
4) Tamanni
  وَهُوَطَلَبُ الشِّيئِ المَحْبُوبِ الَّذِى لاَ يُرجَى حُصُولُهُ
“ Menghendaki Suatu perkataan yang di senangi, yang tidak bisa diharapkan keberhasilannya.”
Catatan :
                 Apabila perkataan yang dikehendaki bisa diharapkan keberhasilannya, maka dinamakan taroji (harapan), dan untuk tujuan ini menggunakan bentuk khusus, yaitu memakai lafadz عسى dan لعل.[24]
Contoh :


a).
$pkšr'¯»tƒ ÓÉ<¨Z9$# #sŒÎ) ÞOçFø)¯=sÛ uä!$|¡ÏiY9$# £`èdqà)Ïk=sÜsù  ÆÍkÌE£ÏèÏ9 (#qÝÁômr&ur no£Ïèø9$# ( (#qà)¨?$#ur ©!$# öNà6­/u ( Ÿw  Æèdqã_̍øƒéB .`ÏB £`ÎgÏ?qãç/ Ÿwur šÆô_ãøƒs HwÎ) br& tûüÏ?ù'tƒ 7pt±Ås»xÿÎ/ 7puZÉit7B 4 y7ù=Ï?ur ߊrßãn «!$# 4 `tBur £yètGtƒ yŠrßãn «!$# ôs)sù zNn=sß ¼çm|¡øÿtR 4 Ÿw Íôs? ¨@yès9 ©!$# ß^Ïøtä y÷èt/ y7Ï9ºsŒ #\øBr& ÇÊÈ  
Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu tidak mengetahui barangkali Allah Mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.[25]
b)       
uŽtIsù z`ƒÏ%©!$# Îû NÎgÎ/qè=è% ÖÚt¨B šcqãã̍»|¡ç öNÍkŽÏù tbqä9qà)tƒ #Óy´øƒwU br& $oYt7ÅÁè? ×otÍ¬!#yŠ 4 Ó|¤yèsù ª!$# br& uÎAù'tƒ Ëx÷Fxÿø9$$Î/ ÷rr& 9øBr& ô`ÏiB ¾ÍnÏYÏã (#qßsÎ7óÁãsù 4n?tã !$tB (#rŽ| r& þÎû öNÍkŦàÿRr& šúüÏBÏ»tR ÇÎËÈ  
Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.[26]
4)   al-Nidâ’ (Panggilan)
al-Nidâ’ adalah meminta kedatangan sesorang atau sesuatu dengan kata ganti yang bermakna “aku memanggil”. Ada delapan kata sandang dalam istifhâm, yaitu: hamzah, aiy, yâ, wâ, âa, ayâ, hayâ dan wâ. Hamzah dan aiy berfungsi untuk memanggil sesuatu yang berada di dekat pemanggil, sedangkan `adât yang lain untuk sesuatu yang jauh dari pemanggil.[27]
Contoh :
يَازَيدُأَقْبِلْ : Hai Zaid, datanglah !
Asalnya : أَدْعُوزَيذًا  (Aku memanggil zaid)
5)   Istifham (kalimat tanya)
وَهُو طَلَبُ العِلمِ بِشَيئٍ لَم يَكن مَعلُو مَا مِن قَبلُ وَذَلِك بِأ دَاةِ مِن إِ ححدَى أَدَوَاتِهِ
Istifham adalah menghendaki (mencari) mengetahui suaru yang belum di ketahui sebelumya dengan menggunakan salah satu prabot dari beberapa parabot.[28]
Contoh :
(#qä9$s% íä!#uqy !$oYøn=tã |Môàtãurr& ôQr& óOs9 `ä3s? z`ÏiB šúüÏàÏãºuqø9$# ÇÊÌÏÈ 
mereka menjawab: "Adalah sama saja bagi Kami, Apakah kamu memberi nasehat atau tidak memberi nasehat.[29]

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä ö@yd ö/ä39ߊr& 4n?tã ;ot»pgÏB /ä3ŠÉfZè? ô`ÏiB A>#xtã 8LìÏ9r& ÇÊÉÈ  
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?[30]








D.  Kesimpulan
Ilmu ma’ani adalah pokok-Pokok dan dasar-dasar untuk mengetahui tatacara menyeusuaikan kalimat kepada kontekstualnya sehingga cocok dengan tujuan yang dikehendaki.
Kalam khabar adalah kalimat yang pembicaraannya dapat dikatakan sebagai orang yang benar atau dusta. Kalam Insya’ adalah kalimat yang penuturnya tidak bisa dinilai bohong ataupun jujur.
Dari garis besar pengrtian kalam khabar dan kalam insya penulis mencoba berpendapat, bahwa secara jelasnya kalam khabar adalah kalam yang bisa diukur benar dan salahnya, karena ada sebuah peristiwa yang melandasi. Sedangkan kalam insya yang tidak terukur benar dan salahnya karena cuma terukur pada patokan dan koidah tertentu. seperti yang dilandasi oleh Amar, Nahi, Do’a, Nida, Tamanni, dan Istifham.












                               Daftar Pustaka
Al-Jarim Ali dan Musthafa diterjemahkan oleh Nurkholisn Mujiyom Anwar, Bakar Abu, dkk. Terjemah Al-Balaaghatul Waadhihah, Bandung, Baru Algensindo, 2006.



Pengantar_I_Ma’ani. Pdf – Adobe Reader

Shofwan M. Sholehuddin, Pengantar Memahami Nadzom Jauharul Maknun, Jombang : Darul Hikmah, 2008.

Think Digital, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Versi 2.0.0.









[1] Leksikal artinya yang berkaitan dengan kata atau kosa kata. Think Digital, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Versi 2.0.0.
[2] Pengantar_I_Ma’ani. Pdf – Adobe Reader
[3] http://rujukanmakalah.blogspot.com/2012/02/bahan-makalah-ilmu-al-ma.html
[4] Surah. Maryam [19] : 4
[5] Ali Al-Jarim dan Musthafa diterjemahkan oleh Mujiyom Nurkholisn Anwar Abu Bakar, dkk. Terjemah Al-Balaaghatul Waadhihah (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2006), 204-208.
[6] Ibid,..
[7] Surah. al-Baqarah [2] : 2
[8] Surah. al-ahzab [33] : 18
[9] http://rujukanmakalah.blogspot.com/2012/02/bahan-makalah-ilmu-al-ma.html
[10] M. Sholehuddin Shofwan, Pengantar Memahami Nadzom Jauharul Maknun (Jombang : Darul Hikmah, 2008), 32.
[11] Al-Jarim diterjemahkan oleh Mujiyom, dkk. Terjemah Al-Balaaghatul,... 235.
[12] Sholehuddin, Pengantar Memahami Nadzom Jauharul Maknun,..... 32.
[13] http://rujukanmakalah.blogspot.com/2012/02/bahan-makalah-ilmu-al-ma.html
[14] Al-Jarim diterjemahkan oleh Mujiyom, dkk. Terjemah Al-Balaaghatul,... 251.
[15] Surah Maryam [19] : 12.
[16] Surah Ath-Tholaq [65] : 7
[17] Sholehuddin, Pengantar Memahami Nadzom Jauharul Maknun,..... 35.
[18] Surah Al An'am [6] : 152
[19] Nahi secara hakiki  adalah untuk menunjukan haram, hal ini merupakan pendapat mayoritas ulama. Jadi jika ada bentuk nahi, maka memberi faidah melarang dan haram secara segera.
[20] Al-Jarim diterjemahkan oleh Mujiyom, dkk. Terjemah Al-Balaaghatul,... 259 dan 262-263.
[21] Sholehuddin, Pengantar Memahami Nadzom Jauharul Maknun,..... 36.
[22] Surah An Naml [27]: 19
[23] Surah Al Baqarah [2]: 286
[24] Sholehuddin, Pengantar Memahami Nadzom Jauharul Maknun,..... 37-38.
[25] Surah Ath Thalaaq [65] : 1
[26] Surah Al Maa-idah [5]: 52

[27] https://muhamadfirdausbinabbas.wordpress.com/2013/06/18/objek-kajian-ilmu-maani-berupa-kalam-khabar-kalam-insya-al-qishr-ijaz-ithnab-dan-musawah.

[28] Sholehuddin, Pengantar Memahami Nadzom Jauharul Maknun,..... 38.
[29] Surah Asy Syu’aa [26] : 136
[30] Surah Ash Shaff [61] : 1


Tidak ada komentar:

Posting Komentar