LINGUISTIK AL-QUR`AN
PERSPEKTIF‘ILM AL-MA’ANI :
KALAM
KHABAR DAN KALAM INSYA`
A. Pendahuluan
Ilmu Balaghah adalah suatu bidang ilmu yang bertujuan untuk
menyampaikan makna yang agung secara jelas dengan menggunakan kata-kata yang
benar dan fasih, yang memiliki kesan dalam hati dan cukup menarik serta sesuai
setiap kalimatnya kepada kondisi atau situasi sekaligus kepada orang-orang yang
diajak bicara.
Ilmu ma’ani
adalah pokok-Pokok dan dasar-dasar untuk mengetahui tatacara menyeusuaikan
kalimat kepada kontekstualnya sehingga cocok dengan tujuan yang dikehendaki. Ilmu ma’ani pertama
kali di kembangkan oleh Abd al- Qahir al- Jurzani.
Objek kajian ilmu ma’ani adalah
kalimat-kalimat yang berbahasa arab. Tentu ditemukannya ilmu ini bertujuan
untuk mengungkap kemukjizatan al-Qur’an, al-Hadits dan rahasia-rahasia
kefasihan kalimat-kalimat bahasa Arab, baik puisi maupun prosa.
Dari sekelumit penjelasan ilmu ma’ani
di atas, bahwa objek kajiannya kalimat yang berbahasa arab, kemudian timbul
pertanyaan, kalimat apa yang menjadi objek kajiannya, sehingga akhirnya orang
yang mengkajinya bisa lebih mengerti dan memahami objek kajian ilmu ma’ani. Untuk
hal itu penulis memaparkannya dalam sebuah makalah yang berjudul : Linguistik Al-Qur`an
Perspektif‘ilm al-Ma’ani: Kalam Khabar dan Kalam Insya`
B. Pengertian Ilmu Ma’ani
Kata Ma’ani merupakan bentuk jamak dari ( معنى ). Secara leksikal[1] kata
tersebut berati maksud, arti atau makna. Para ahli ilmu Bayan
mendefinisikannya sebagai pengungkapan melalui ucapan tentang sesuatu yang ada
dalam pikiran atau disebut juga sebagai gambaran dari pikiran.
Sedangkan menurut istilah, ilmu ma’ani
adalah ilmu untuk mengetahui hal ihwal lafazh bahasa Arab yang sesuai dengan
tuntutan situasi dan kondisi.
اللفظ العربي التي بها يطابق مقتضى الحال أحوال ف به يعر علم
Yang dimaksud dengan hal ihwal lafazh
bahasa Arab adalah model-model susunan kalimat dalam bahasa Arab, seperti
penggunaan taqdîm atau ta’khir, penggunaan ma’rifah atau nakirah,
disebut (dzikr) atau dibuang (hadzf), dan sebagainya. Sedangkan
yang dimaksud dengan situasi dan kondisi adalah situasi dan kondisi mukhathab,
seperti keadaan kosong dari informasi itu, atau ragu-ragu, atau malah
mengingkari informasi tersebut. Ilmu ma’ani pertama kali dikembangkan oleh Abd
al-Qahir al-Jurzani.[2]
C.Kalam Khobar Dan Kalam Insya
1.
Kalam Khabar
Kalam khabar adalah
kalimat yang pembicaraannya dapat dikatakan sebagai orang yang benar atau
dusta. Bila kalimat itu sesuai dengan kenyataan, maka pembicarannya adalah
benar, dan bila kalimat itu tidak sesuai dengan kenyataan, maka pembicaraannya
adalah dusta.[3]
a. Contoh-contoh Kalam
Khabar :
1.
و لدالنبي صلى الله عليه وسلم عام الفيل وأوحي إليه
فى سنّ الأربعين وأقام بمكة ثلاث عشرة سنة وبالمدينةعشرا
Nabi Muhammad Saw. Dilahirkan
pada tahun gajah, diturunkan wahyu kepadanya ketika ia berumur empat
puluh tahun. Beliau bermukim dimekah selama tiga belas tahun dan dimadinah
selama sepuluh tahun.
2.
tA$s% Éb>u ÎoTÎ) z`ydur ãNôàyèø9$# ÓÍh_ÏB @yètGô©$#ur â¨ù&§9$# $Y6øx© öNs9ur .`à2r& ͬ!%tæßÎ/ Éb>u $wÉ)x© ÇÍÈ
Ia
berkata "Ya Tuhanku, Sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah
ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya
Tuhanku.[4]
3.
وليس أخوالحا جا ت من با ت نا ئما*
و لكن أخوها من يبيت على وجل *
Orang yang punya banyak
kebutuhan itu bukan orang yang sepanjang malam tidur nyenyak. Akan tetapi, orang
yang punya banyak kebutuhan adalah orang yang sepanjang malam penuh ketakutan.
Contoh yang pertama menunjukan
bahwa si pembicara bermaksud menyampaikan hukum yang terkandung dalam berita
yang disampaikannya. Hukum tersebut disebut sebagai faa-idatul khabar.
Jadi, pembicara dalam contoh yang pertama bermaksud memberi tahu pendengarnya
tentang hal yang semula tidak diketahuinya, yakni tahun kelahiran Nabi Saw.,
sejarah pewahyuan al-Qur’an kepadanya (Rasulallah) dan lama mukimnya di Mekah dan
Madinah.
Pada contoh kedua,
Zakaria menyifati dirinya dengan menampakan kelemahannya dan terkikis
kekuatannya. Pada contoh terakhir Thahir bin al-Husain tidak bermaksud
menyampaikan berita, melainkan bermaksud menghimbau pegawainya untuk giat dan
bersungguh-sungguh dalam menarik upeti daerahnya.[5]
b. Kaidah-kaidahnya
1. Kalam khabar yang
diucapkan untuk salah satu dari dua maksud berikut:
a. Memberi tahu kepada
orang yang diajak bicara mengenai hukum yang terkandung di dalamnya dan hukum
tersebut disebut sebagai faa-idatul-khabar.
b. Memberi tahu bahwa sang
pembicara mengetahui hukum yang terkandung di dalamnya, dan hal ini disebut
sebagai laazimul faa-idat.
2. Kalam khabar diucapkan
untuk maksud yang lain, yang dapat dipahami dari susunan kalimat :
a). Al-Istirham,
untuk mencari belas kasihan.
b). Izhhaarudh-Dha’if,
untuk menampakkan kelemahan.
c). Izhhaarudh-Tahassur,
untuk menampakkan kekecewaan.
d). Al-fakhr, untuk
kesombongan.
e). Menghimbau untuk
berusaha dan rajin.[6]
c. Macam-macam Kalam
Khabar
1). Kondisi mukhatab yang hatinya
bebas dari hukum yang terkandung di dalam kalimat (yang akan diucapkan).
Dalam kondisi demikian, kalimat disampaikan
dengan adat taukid. Kalam khabar semacam ini disebut
sebagai ibtidai (dasar).
Contoh ibtidai dalam firman Allah Qs.
al-Baqarah [2] : 2 :
y7Ï9ºs Ü=»tGÅ6ø9$# w |=÷u ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`É)FßJù=Ïj9 ÇËÈ
Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan
padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.[7]
2) Ragu terhadap hukum dan
ingin memperoleh suatu keyakinan dalam mengetahuinya.
Dalam kondisi demikian, lebih baik kalimat disampaikan
disertai dengan lafaz penguat agar dapat menguasai dirinya. Kalimat semacam ini
disebut thalabi. Contoh thalabi dalam firman Allah QS. al-ahzab
[33] : 18 :
* ôs% ÞOn=÷èt ª!$# tûüÏ%ÈhqyèßJø9$# óOä3ZÏB tû,Î#ͬ!$s)ø9$#ur öNÎgÏRºuq÷z\} §Nè=yd $uZøs9Î) ( wur tbqè?ù't }¨ù't7ø9$# wÎ) ¸xÎ=s% ÇÊÑÈ
Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang
menghalang- halangi di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya:
"Marilah kepada kami". dan mereka tidak mendatangi peperangan
melainkan sebentar.[8]
3)
Mengingkari isi kalimat.
Dalam kondisi demikian,
kalimat wajib disertai penguat dengan satu penguat atau lebih sesuai dengan
frekuensi keingkarannya. Kalimat yang demikian disebut inkari. Contoh inkari dalam
firman Allah QS. Ali Imran (3): 186 :
* câqn=ö7çFs9 þÎû öNà6Ï9ºuqøBr& öNà6Å¡àÿRr&ur ÆãèyJó¡tFs9ur z`ÏB z`Ï%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# `ÏB öNà6Î=ö6s% z`ÏBur úïÏ%©!$# (#þqä.uõ°r& ]r& #ZÏWx. 4 bÎ)ur (#rçÉ9óÁs? (#qà)Gs?ur ¨bÎ*sù Ï9ºs ô`ÏB ÏQ÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÑÏÈ
Kamu sungguh-sungguh
akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan (juga) kamu sungguh-sungguh
akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari
orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan
hati. jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk
urusan yang patut diutamakan. (QS. Ali Imran [3] : 186 ) [9]
2. Kalam Insya
a. pengrertian Kalam Insya
Kalam Insya’
adalah kalimat yang penuturnya tidak bisa dinilai bohong ataupun jujur. Kalam
insya’ dibagi kedalam dua bagian, yaitu (1) Insya’ thalaby (2) Insya’ ghairu
thalaby.
Sebagaimana kaidah yang terdapat dalam kitab Jauharul
Maknun :
والطلب ا ستدعاءمالم
يحصل (*) أقسامه كثيرة ستنجلى
أمرونهى ودعاءوندا
(*) تمن استفهام اعطيت الهدى
“ (Kalam insya terbagi dua, yaitu : insya tholabi dan
insya ghoiru tholabi). Adapun insya tholabi yaitu menghendaki (mencari) makna
yang belum berhasil.
Yaitu : Amar, Nahi, Do’a, Nida, Tamanni, dan
Istifham.”[10]
b. Pembagian Kalam Insya
kalam insya terbagi menjadi
dua :
1) Insya Thalabi
2) Insya Ghair Thalabi.[11]
a). Insya’ thalabi
وهومالايستد
عى مطلو با غير حا صل وقت الطلب
“ Yaitu kalam yang tidak
menghendaki (mencari) makna yang diharafkan yang belum berhasil pada waktu
adanya tutunan.”[12]
Sebagaimana dari koidah di atas, jadi kalam Insya’
thalabi adalah kalimat yang menghendaki suatu permintaan yang belum diperoleh
saat meminta. Insya’ thalaby dibagi ke dalam lima macam, yaitu[13] :
1) Al-`amr.
Al-`amr adalah meminta/menuntut
terlaksananya suatu pekerjaan oleh pihak yang lebih tinggi kepada pihak yang
lebih rendah untuk melaksanakan perintah. Dilihat dari bentuk kalimatnya,
al-`amr dalam bahasa Arab memiliki empat bentuk, yaitu fi’il amar, fi’il mudhore yang didahului
oleh lam amar, isim fi’il amar, dan masdar yang menggantikan fiil amar.[14]
a) Fi’il `amr (Perintah)
contoh:
4Ózósu»t
Éè{
|=»tFÅ6ø9$# ;o§qà)Î/
( çm»oY÷s?#uäur
zNõ3çtø:$#
$wÎ6|¹ ÇÊËÈ
Hai Yahya, ambillah Al kitab (Taurat)
itu dengan sungguh-sungguh. dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih
kanak-kanak.[15]
Kata =»tFÅ6ø9$#è{ (amblah kitab itu),
merupakan khobar insya karena fi’il amr, yang menunjukan perintah dan tidak
diketahui benar atau salahnya.
b) Fi’il mudhâri’ yang bersambung dengan lâm al-amr,
contoh:
÷,ÏÿYãÏ9
rè 7pyèy
`ÏiB
¾ÏmÏFyèy ( `tBur uÏè% Ïmøn=tã ¼çmè%øÍ ÷,ÏÿYãù=sù !$£JÏB çm9s?#uä ª!$# 4 w ß#Ïk=s3ã ª!$# $²¡øÿtR wÎ) !$tB $yg8s?#uä 4 ã@yèôfuy ª!$# y÷èt/ 9ô£ãã #Zô£ç ÇÐÈ
Hendaklah orang
yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang
disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah
kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa
yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah
kesempitan.[16]
Kata ,ÏÿYãÏ9
(hendaklah), merupakan khobar insya karena ada Fi’il mudhâri’ yang bersambung dengan lâm
al-`amr, dan tidak diketahui benar atau salahnya.
c) Ism fi’il al-`amr, contoh:
1. صَه = Diamlah !
2. اَمِيْنَ = Kabulkanlah !
3. نَزَالَ = Turunkan !
4. دَرَاكِ = Susullah !
d) Mashdar sebagai ganti
fi’il `amr, contoh:
سَعْيَا فِى سَبِيْلِ الْخَيرِ
Berusahalah dengan sungguh-sungguh di jalan kebaikan.[17]
2) Al-Nahy (Larangan)
Adalah tuntunan tidak dilakukannya suatu perbuatan
yang disampaikan oleh seseorang kepada orang yang martabatnya lebih rendah.
Contoh :
wur (#qç/tø)s? tA$tB ÉOÏKuø9$# wÎ) ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4Ó®Lym x÷è=ö7t ¼çn£ä©r& ( (#qèù÷rr&ur @øx6ø9$# tb#uÏJø9$#ur ÅÝó¡É)ø9$$Î/ ( w ß#Ïk=s3çR $²¡øÿtR wÎ) $ygyèóãr ( #sÎ)ur óOçFù=è% (#qä9Ïôã$$sù öqs9ur tb%2 #s 4n1öè% ( ÏôgyèÎ/ur «!$# (#qèù÷rr& 4 öNà6Ï9ºs Nä38¢¹ur ¾ÏmÎ/ ÷/ä3ª=yès9 crã©.xs? ÇÊÎËÈ
Dan janganlah
kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga
sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami
tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan
apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah
kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu ingat.[18]
Bila kita perhatikan pada contoh, kita dapatkan
berupa redaksi untuk melarang dilakukannya suatu perbuatan, dan kalau kita
perhatikan lebih jauh, maka yang melarang itu derajatnya lebih tinggi daripada
yang dilarang, karena pelarangnya pada contoh adalah Allah Saw, Sedangkan yang dilarang adalah
hamba-hambanya.
Larangan tersebut adalah larangan
Hakiki[19]. Jika
kita perhatikan redaksi (#qç/tø)s?wur (dan
janganlah kamu dekati) larangannya
pada contoh tersebut yakni Fi’il Mudhari di dahului dengan Laa
Nahiyah.[20]
3) Do’a (Permohonan)
وَهُوَ طَلَبُ الفِعلِ مَعَ تَذَ لُّلِ وَ خُضُوعٍ
“ Yaitu meminta suatu
perbuatan yang disertai rasa rendah diri dan kekhususan hati.”[21]
Contoh :
zO¡¡t6tGsù
%Z3Ïm$|Ê
`ÏiB
$ygÏ9öqs% tA$s%ur Éb>u ûÓÍ_ôãÎ÷rr& ÷br& tä3ô©r&
tFyJ÷èÏR
ûÓÉL©9$#
|MôJyè÷Rr&
¥n?tã
4n?tãur
t$Î!ºur ÷br&ur
@uHùår&
$[sÎ=»|¹
çm8|Êös? ÓÍ_ù=Åz÷r&ur y7ÏGpHôqtÎ/
Îû x8Ï$t7Ïã úüÅsÎ=»¢Á9$# ÇÊÒÈ
Maka Dia tersenyum dengan tertawa karena
(mendengar) Perkataan semut itu. dan Dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah
aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan
amal saleh yang Engkau ridhai dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam
golongan hamba-hamba-Mu yang saleh".[22]
w
ß#Ïk=s3ã ª!$#
$²¡øÿtR wÎ)
$ygyèóãr 4 $ygs9 $tB ôMt6|¡x.
$pkön=tãur $tB ôMt6|¡tFø.$#
3 $oY/u w !$tRõÏ{#xsè? bÎ) !$uZÅ¡®S ÷rr&
$tRù'sÜ÷zr& 4 $oY/u wur
ö@ÏJóss?
!$uZøn=tã
#\ô¹Î) $yJx. ¼çmtFù=yJym n?tã úïÏ%©!$# `ÏB $uZÎ=ö6s% 4 $uZ/u wur $oYù=ÏdJysè?
$tB w
sps%$sÛ $oYs9 ¾ÏmÎ/ ( ß#ôã$#ur
$¨Ytã öÏÿøî$#ur
$oYs9 !$uZôJymö$#ur
4 |MRr& $uZ9s9öqtB
$tRöÝÁR$$sù
n?tã ÏQöqs)ø9$#
úïÍÏÿ»x6ø9$#
ÇËÑÏÈ
Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami,
janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan
Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami,
janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya.
beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong
Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."[23]
4) Tamanni
وَهُوَطَلَبُ الشِّيئِ المَحْبُوبِ الَّذِى
لاَ يُرجَى حُصُولُهُ
“ Menghendaki Suatu perkataan yang di senangi,
yang tidak bisa diharapkan keberhasilannya.”
Catatan
:
Apabila perkataan yang
dikehendaki bisa diharapkan keberhasilannya, maka dinamakan taroji (harapan),
dan untuk tujuan ini menggunakan bentuk khusus, yaitu memakai lafadz عسى dan لعل.[24]
Contoh :
a).
$pkr'¯»t
ÓÉ<¨Z9$# #sÎ) ÞOçFø)¯=sÛ
uä!$|¡ÏiY9$#
£`èdqà)Ïk=sÜsù
ÆÍkÌE£ÏèÏ9
(#qÝÁômr&ur no£Ïèø9$#
( (#qà)¨?$#ur ©!$#
öNà6/u
( w
Æèdqã_ÌøéB .`ÏB
£`ÎgÏ?qãç/ wur
Æô_ãøs
HwÎ)
br& tûüÏ?ù't 7pt±Ås»xÿÎ/ 7puZÉit7B 4 y7ù=Ï?ur
ßrßãn «!$#
4 `tBur £yètGt
yrßãn «!$#
ôs)sù
zNn=sß
¼çm|¡øÿtR 4 w
Íôs? ¨@yès9 ©!$# ß^Ïøtä y÷èt/
y7Ï9ºs #\øBr& ÇÊÈ
Hai
Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan
mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah
waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu
keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar
kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum
Allah, Maka Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu
tidak mengetahui barangkali Allah Mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang
baru.[25]
b)
utIsù
z`Ï%©!$# Îû NÎgÎ/qè=è%
ÖÚt¨B
cqããÌ»|¡ç
öNÍkÏù tbqä9qà)t
#Óy´øwU
br& $oYt7ÅÁè?
×otͬ!#y
4 Ó|¤yèsù ª!$# br& uÎAù't Ëx÷Fxÿø9$$Î/ ÷rr& 9øBr&
ô`ÏiB ¾ÍnÏYÏã
(#qßsÎ7óÁãsù 4n?tã
!$tB
(#r| r& þÎû
öNÍkŦàÿRr& úüÏBÏ»tR
ÇÎËÈ
Maka
kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang
munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata:
"Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan
mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari
sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka
rahasiakan dalam diri mereka.[26]
4) al-Nidâ’ (Panggilan)
al-Nidâ’ adalah meminta
kedatangan sesorang atau sesuatu dengan kata ganti yang bermakna “aku
memanggil”. Ada delapan kata sandang dalam istifhâm, yaitu: hamzah, aiy, yâ,
wâ, âa, ayâ, hayâ dan wâ. Hamzah dan aiy berfungsi untuk memanggil sesuatu yang
berada di dekat pemanggil, sedangkan `adât yang lain untuk sesuatu yang jauh
dari pemanggil.[27]
Contoh :
يَازَيدُأَقْبِلْ : Hai Zaid, datanglah !
Asalnya : أَدْعُوزَيذًا
(Aku memanggil zaid)
5) Istifham (kalimat tanya)
وَهُو طَلَبُ العِلمِ بِشَيئٍ لَم يَكن مَعلُو مَا مِن قَبلُ وَذَلِك بِأ
دَاةِ مِن إِ ححدَى أَدَوَاتِهِ
Istifham adalah menghendaki
(mencari) mengetahui suaru yang belum di ketahui sebelumya dengan menggunakan
salah satu prabot dari beberapa parabot.[28]
Contoh :
(#qä9$s% íä!#uqy
!$oYøn=tã
|Môàtãurr& ôQr& óOs9 `ä3s? z`ÏiB úüÏàÏãºuqø9$# ÇÊÌÏÈ
mereka
menjawab: "Adalah sama saja bagi Kami, Apakah kamu memberi nasehat
atau tidak memberi nasehat.[29]
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä
ö@yd ö/ä39ßr& 4n?tã ;ot»pgÏB /ä3ÉfZè? ô`ÏiB A>#xtã 8LìÏ9r& ÇÊÉÈ
Hai orang-orang yang beriman, sukakah
kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari
azab yang pedih?[30]
D. Kesimpulan
Ilmu ma’ani adalah pokok-Pokok dan
dasar-dasar untuk mengetahui tatacara menyeusuaikan kalimat kepada
kontekstualnya sehingga cocok dengan tujuan yang dikehendaki.
Kalam khabar adalah kalimat yang
pembicaraannya dapat dikatakan sebagai orang yang benar atau dusta. Kalam Insya’ adalah kalimat yang penuturnya tidak bisa
dinilai bohong ataupun jujur.
Dari garis besar pengrtian
kalam khabar dan kalam insya penulis mencoba berpendapat, bahwa secara jelasnya
kalam khabar adalah kalam yang bisa diukur benar dan salahnya, karena ada
sebuah peristiwa yang melandasi. Sedangkan kalam insya yang tidak terukur benar
dan salahnya karena cuma terukur pada patokan dan koidah tertentu. seperti yang
dilandasi oleh Amar, Nahi, Do’a, Nida, Tamanni, dan Istifham.
Daftar Pustaka
Al-Jarim Ali dan Musthafa diterjemahkan oleh
Nurkholisn Mujiyom Anwar, Bakar Abu, dkk. Terjemah Al-Balaaghatul Waadhihah,
Bandung, Baru Algensindo, 2006.
Pengantar_I_Ma’ani.
Pdf – Adobe Reader
Shofwan
M. Sholehuddin, Pengantar Memahami Nadzom Jauharul Maknun, Jombang :
Darul Hikmah, 2008.
Think
Digital, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Versi 2.0.0.
[1] Leksikal artinya yang berkaitan dengan kata
atau kosa kata. Think Digital, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Versi
2.0.0.
[2] Pengantar_I_Ma’ani. Pdf – Adobe Reader
[3]
http://rujukanmakalah.blogspot.com/2012/02/bahan-makalah-ilmu-al-ma.html
[5] Ali Al-Jarim dan Musthafa diterjemahkan oleh
Mujiyom Nurkholisn Anwar Abu Bakar, dkk. Terjemah Al-Balaaghatul Waadhihah
(Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2006), 204-208.
[6] Ibid,..
[9]
http://rujukanmakalah.blogspot.com/2012/02/bahan-makalah-ilmu-al-ma.html
[10] M. Sholehuddin Shofwan, Pengantar Memahami
Nadzom Jauharul Maknun (Jombang : Darul Hikmah, 2008), 32.
[11] Al-Jarim diterjemahkan oleh Mujiyom, dkk. Terjemah
Al-Balaaghatul,... 235.
[12] Sholehuddin, Pengantar Memahami Nadzom
Jauharul Maknun,..... 32.
[13]
http://rujukanmakalah.blogspot.com/2012/02/bahan-makalah-ilmu-al-ma.html
[14] Al-Jarim diterjemahkan oleh Mujiyom, dkk. Terjemah
Al-Balaaghatul,... 251.
[15] Surah Maryam [19] : 12.
[16] Surah Ath-Tholaq [65] : 7
[17] Sholehuddin, Pengantar Memahami Nadzom
Jauharul Maknun,..... 35.
[19] Nahi secara hakiki adalah untuk menunjukan haram, hal ini
merupakan pendapat mayoritas ulama. Jadi jika ada bentuk nahi, maka memberi
faidah melarang dan haram secara segera.
[20] Al-Jarim diterjemahkan oleh Mujiyom, dkk. Terjemah
Al-Balaaghatul,... 259 dan 262-263.
[22] Surah An Naml [27]: 19
[23] Surah Al Baqarah [2]: 286
[25] Surah Ath Thalaaq [65] : 1
[26] Surah Al Maa-idah [5]: 52
[27]
https://muhamadfirdausbinabbas.wordpress.com/2013/06/18/objek-kajian-ilmu-maani-berupa-kalam-khabar-kalam-insya-al-qishr-ijaz-ithnab-dan-musawah.
[29] Surah Asy Syu’aa [26] : 136
Tidak ada komentar:
Posting Komentar