Sabtu, 16 Mei 2015

I‘JAZ AL-QUR’AN TENTANG REPRODUKSI MANUSIA

I‘JA<Z AL-QUR’A<N
TENTANG REPRODUKSI MANUSIA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“STUDI AL-QUR’AN ”






Dosen Pengampu:
Dr. H. Ahmad Subakir, M.Ag
Dr. A. Halil Thahir, MHI

Description: Logo Stain Kediri Warna
Oleh:
IDA MASRUROTIN
NIM : 922.001.14.002


PROGRAM PASCASARJANA
 STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI  (STAIN) KEDIRI
2014 / 2015
 


A.    PENDAHULUAN
Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin menjadi sumber ajaran Islam yang pertama dan utama yang harus mereka imani serta diaplikasikan dalam kehidupan agar memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Selain itu Al-Qur’an menjadi mu’jizat terbesar bagi Nabi Muhammad SAW, dan mu’jizat Al-Qur’an ini hukumnya sepanjang masa, karena tidak akan ada satu manusia pun yang mampu membawa satu kitab tandingan atau sama dengan Al-Qur’an. Jadi, sebagai seorang muslim wajib bagi kita untuk mengimaninya dengan sepenuh hati.
I’ja>z Al-Qur’a>n adalah bagian dari Ilmu-ilmu Al-Qur’an yang mempelajari tentang segala sesuatu yang menyangkut kemu’jizatan Al-Qur’an. Dan makalah ini dibuat dengan tujuan memperjelas kemu’jizatan Al-Qur’an. Diharapkan setelah kita memahaminya kita dapat lebih mencintai Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam setiap segi kehidupan.
Dengan perantara mukjizat, Allah mengingatkan manusia bahwa para rasul itu merupakan utusan yang mendapat dukungan dan bantuan dari langit. Mukjizat yang telah diberikan kepada para nabi mempunyai fungsi yang sama, yaitu memainkan peranannya dan mengatasi kepandaian kaumnya disamping membuktikan bahwa kekuasaan Allah itu berada diatas segala-galanya.
Suatu umat yang tinggi pengetahuanya dalam ilmu kedokteran, misalnya tidak wajar dituntun dengan mukjizat dalam ilmu tata bahasa, begitu pula sebaliknya. Tuntunan dan pengarahan yang ditunjukkan pada suatu umat harus berkaitan dengan pengetahuan mereka karena Allah tidak akan mengarahkan suatu umat pada hal-hal yang tidak mereka ketahui. Tujuannya adalah agar tuntunan dan pengarahan Allah bermakna. Disitulah letak mukjizat yang telah diberikan kepada para Nabi.
Namun, pembahasan tentang i‘jaz al-Qur’an ini telah banyak dibahas oleh banyak ulama  dan pakar dalam berbagai buku umum maupun khusus dan menimbulkan kontroversi dan silang pendapat. Tetapi persoalan i’jaz al-Qur’an tidak dengan sendirinya menjadi selesai tanpa dikaji lebih lanjut. Sebaliknya, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi, persoalan mukjizat termasuk kemukjizatan al-Qur’an terkadang dipandang sebagai sesuatu yang tidak lagi sakral, dan karenanya tidak jarang sejumlah orang mempersamakan al-Qur’an dengan bacaan-bacaan atau tulisan lain. Termasuk dalam memahaminya. Akibatnya, seringkali terjadi kekeliruan pemahaman dan penafsiran al-Qur’an karena mengabaikan aspek kemukjizatannya itu. Padahal, betapa penting kedudukan ilmu i‘jaz al-Qur’an dalam menafsirkan al-Qur’an.[1]
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan diantaranya adalah apa pengertian I’ja>z dan mukjizat Al-Qur’an, ada berapa macam  mukjizat itu,  apa saja Unsur-unsur mukjizat, apa saja aspek  kemukjizatan Al-Qur’an dan apa faedah adanya kemukjizatan Al-Qur’an itu?















B.    PEMBAHASAN
1.  Pengertian I’ja>z / mukjizat Al-Qur’an
Dari segi etimology / bahasa kata I’ja>z berasal dari kata a‘jaza-yu‘jizu-I‘ja>zan yang berarti melemahkan atau memperlemah, juga dapat berarti menetapkan kelemahan atau memperlemah[2] Secara umum I’ja>z adalah ketidak mampuan seseorang melakukan sesuatu yang merupakan lawan dari kemampuan/keberdayaan.[3] Oleh karena itu apabila kemukjizatan itu telah terbukti, maka nampaklah kemampuan mukjizat.
Dalam Al-Qur’an, kata ‘ajaza dalam berbagai bentuk (derivasinya) terulang sebanyak 26 kali dalam 21 surat dan 25 ayat. Dan kata ‘ajaza dalam Al-Qur’an digunakan untuk beberapa pengertian, di antaranya “ tidak mampu” seperti terdapat dalam ayat:
y]yèt7sù ª!$# $\/#{äî ß]ysö7tƒ Îû ÇÚöF{$# ¼çmtƒÎŽãÏ9 y#øx. ͺuqムnouäöqy ÏmÅzr& 4 tA$s% #ÓtLn=÷ƒuq»tƒ ßN÷yftãr& ÷br& tbqä.r& Ÿ@÷WÏB #x»yd É>#{äóø9$# yͺuré'sù nouäöqy ÓŁr& ( yxt7ô¹r'sù z`ÏB tûüÏBÏ»¨Y9$# ÇÌÊÈ   
“kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. berkata Qabil: "Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" karena itu jadilah Dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.” [4]
Sedang yang dimaksud dengan I‘ja>z secara terminology ilmu Al-Qur’an adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut :
a.         Menurut Manna>’ Khali>l Al Qat}t}a>n
I‘ja>z adalah menetapkan kelemahan. Kelemahan menurut pengertian umum adalah ketidak mampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari kemampuan. Jadi maksud dari I‘ja>z disini adalah menampakkan kebenaran Nabi SAW dalam pengakuaan orang lain sebagai rasul utusan Allah SWT dengan menampakan kelemahan orang-orang Arab untuk menandinginya atau menghadapi mukjizat yang abadi, yaitu Al-Qur’an dan kelemahan-kelemahan generasi sesudah mereka.[5]
b.         Sedangkan menurut Ali al S}a>buniy:
I’ja>z ialah menetapkan kelemahan manusia baik secara kelompok maupun bersama-sama untuk menandingi hal yang serupa dengannya, maka mukjizat merupakan bukti yang datangnya dari Allah swt yang diberikan kepada hamba-Nya untuk memperkuat kebenaran misi kerasulan dan kenabianya. Sedangkan mukjizat adalah perkara yang luar biasa yang disertai dengan tantangan yang tidak mungkin dapat ditandingi oleh siapapun dan kapanpun.
Dari definisi di atas dapat di fahami antara I’ja>z dan mukjizat itu dapat dikatakan melemahkan. Hanya saja pengertian I’ja>z di atas mengesankan batasan yang lebih spesifik, yaitu Al-Qur’an. Sedangkan pengertian mukjizat, menegaskan batasan yang lebih luas, yakni bukan hanya berupa Al-Qur’an, tetapi juga perkara-perkara lain yang tidak mampu dijangkau manusia secara keseluruhan. Dengan demikian dalam konteks ini antara pengertian I’ja>z dan mukjizat itu saling melengkapi, sehingga nampak jelas keistimewaan dari ketetapan-ketetapan Allah yang khusus diberikan kepada Rasul-rasul pilihan-Nya sebagai salah satu bukti kebenaran misi kerasulan yang dibawanya[6]
Ditampilkan I’ja>z atau mukjizat itu bukanlah semata-mata bertujuan untuk menampakkan kelemahan manusia untuk menandinginya tetapi untuk menyakinkan mereka bahwa Muhammad SAW adalah benar-benar utusan Allah. Dan Al-Qur’an itu benar-benar diturunkan dari sisi Allah swt. Kepada Muhammad yang mana Al-Qur’an itu sama sekali bukanlah perkataan manusia atau perkataan lainnya.
Al-Quran digunakan oleh Nabi Muhammad SAW untuk menantang orang-orang pada masa beliau dan generasi sesudahnya yang tidak percaya akan kebenaran Al-Qur’an sebagai firman Allah (bukan ciptaan Muhammad) dan tidak percaya akan risalah Nabi saw dan ajaran yang di bawanya. Terhadap mereka sesungguhnya mereka memiliki tingkat fas}a>hah dan balag}ah sedemikian tinggi dibidang bahasa Arab. Nabi meminta mereka untuk menandingi Al-Qur’an dalam tiga tahapan.[7]
1)     Diajak bertanding dengan Al-Qur’an seluruhnya.[8]
@è% ÈûÈõ©9 ÏMyèyJtGô_$# ߧRM}$# `Éfø9$#ur #n?tã br& (#qè?ù'tƒ È@÷VÏJÎ/ #x»yd Èb#uäöà)ø9$# Ÿw tbqè?ù'tƒ ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ öqs9ur šc%x. öNåkÝÕ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 #ZŽÎgsß   
“Katakanlah, sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi yang sebagian lagi”(Q.S: Al-Isra>’ : 88).
2)     Diajak lagi mereka bertanding dengan sepuluh surat dari Al-Qur’an itu.
÷Pr& šcqä9qà)tƒ çm1uŽtIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ÎŽô³yèÎ/ 9uqß ¾Ï&Î#÷VÏiB ;M»tƒuŽtIøÿãB (#qãã÷Š$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrߊ «!$# bÎ) óOçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÊÌÈ   óO©9Î*sù (#qç7ŠÉftFó¡o öNä3s9 (#þqßJn=÷æ$$sù !$yJ¯Rr& tAÌRé& ÄNù=ÏèÎ/ «!$# br&ur Hw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ( ö@ygsù OçFRr& šcqßJÎ=ó¡B ÇÊÍÈ  
“Bahkan mereka mengatakan, – Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu. Katakanlah (kalau demikian) maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya. Dan panggilah orang-orang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar. Jika mereka yang kamu panggil itun tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan dengan ilmu Allah (Q.S: Hu>d : 13-14)”
3)     Setelah itu diajak lagi bertanding dengan satu surat saja.
÷Pr& tbqä9qà)tƒ çm1uŽtIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷Š$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrߊ «!$# bÎ) ÷LäêYä. tûüÏ%Ï»|¹
“Atau (patutkah) mereka mengatakan Muhammad membuatnya. Katakanlah (kalau benar yang kamu katakan itu) maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya “ (Q.S: Yunus : 38). Tantangan ini diulang lagi dalam firmannya:
bÎ)ur öNçFZà2 Îû 5=÷ƒu $£JÏiB $uZø9¨tR 4n?tã $tRÏö7tã (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ `ÏiB ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷Š$#ur Nä.uä!#yygä© `ÏiB Èbrߊ «!$# cÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹  
“dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (Q.S: Al-Baqa>rah : 23)
Mukjizat yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Miracle adalah sebuah kata yang sudah tidak asing lagi bagi umat Islam. Mukjizat adalah kejadian (peristiwa) ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia.[9] Suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu.
2.                       Unsur-unsur Mukjizat
Bertolak dari definisi di atas tampak bahwa untuk mengatakan sesuatu itu mukjizat terdapat beberapa unsur yang harus diperhatikan yaitu [10]:
a)    Mukjizat harus berupa peristiwa luar biasa. Peristiwa atau kejadian itu dikatakan Mukjizat adalah harus berupa sesuatu yang tidak disanggupi oleh selain Allah.
b)   Mukjizat harus disampaikan oleh para Nabi. Adapun kejadian-kejadian luar biasa yang terjadi kepada seseorang yang kelak menjadi Nabi dikatakan sebagai Irhas}, kepada seseorang taat kepada Allah swt. dikatakan sebagai
Kara>mah, dan kepada seseorang yang durhaka kepada Allah swt, dikatakan sebagai lha>nah (penghinaan) atau Istidra>>j (rangsangan untuk lebih durhaka).
c)    Mukjizat harus mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian. Dengan demikian, tantangan tersebut berbarengan dengan pengakuannya sebagai Nabi.  
3.         Macam-macam Mukjizat[11]
Secara umum mukjizat dapat digolongkan menjadi dua klasifikasi, yaitu:
a)         Mu’jizat Indrawi (Hissiyyah)
Mukjizat jenis ini muncul dari segi fisik yang mengisyaratkan adanya kesaktian seorang nabi. Secara umum dapat diambil contoh adalah mukjizat nabi Musa dapat membelah lautan, mukjizat nabi Daud dapat melunakkan besi serta mukjizat nabi-nabi dari bani Israil yang lain. Imam Jalaludin as-Suyuthi, beliau berpendapat bahwa kebanyakan mukjizat yang ditanpakkan Allah pada diri para nabi yang diutus kepada bani Israil adalah mukjizat jenis fisik.
b)        Mukjizat Rasional (‘aqliyah)
Mukjizat ini tentunya sesuai dengan namanya lebih banyak ditopang oleh kemampuan intelektual yang rasional. Dalam kasus al-Quran sebagai mukjizat nabi Muhammad atas umatnya dapat dilihat dari segi keajaiban ilmiah yang rasional dan oleh karena itulah mukjizat al-Quran ini bisa abadi sampai hari Qiamat. Oleh karena itu, mukjizat al-Quran yang bersifat rasional, sisi i’jaznya hanya bisa diketahui dengan kemampuan intelektual, lain halnya dengan mukjizat fisik yang bisa diketahui dengan instrument indrawi. Meskipun al-Quran diklasifikasian sebagai mukjizat rasional ini tidak serta merta menafikan mukjizat-mukjizat fisik yang telah dianugerahkan Allah kepadanya untuk memperkuat dakwahnya.
4.                       Aspek-aspek kemukjizatan Al-Qur’an
a)         Segi kebahasaan[12]
Gaya bahasa Al Qur’an membuat orang Arab pada saat itu merasa kagum dan terpesona. Al Qur’an secara tegas menentang semua sastrawan para orator Arab untuk menandingi ketinggian Al Qur’an baik bahasa maupun susunannya. Setiap kali mereka mencoba menandingi, mereka mengalami kesulitan dan kegagalan dan bahkan mencapat cemoohan dari masyarakat. Diantara pendusta dan musyrik Arab pada saat itu yang berusaha untuk menandingi ialah Musailimah Al-Kadhab dan tokoh-tokoh masyarakat Arab lain pada waktu itu yang ingin menandingi kalam Allah itu, namun selalu mengalami kegagalan.
kemukjizatan al-Quran dari segi bahasanya bisa kita lihat dari tiga hal yaitu :
1)    Nada dan langgamnya .
Ayat- ayat alqur’an bukanlah syair atau puisi tetapi kalau kita dengar akan nampak keunikan dalam irama dan ritmenya. Hal ini disebabkan oleh huruf dari kata – kata yang dipilih melahirkan keserasian bunyi dan kemudian kumpulan kata – kata itu melahirkan pula keserasian irama dalam rangkaian kalimat ayat- ayatnya . Contoh:
ÏM»tãÌ»¨Y9$#ur $]%öxî ÇÊÈ   ÏM»sÜϱ»¨Z9$#ur $VÜô±nS ÇËÈ   ÏM»ysÎ7»¡¡9$#ur $[sö7y ÇÌÈ   ÏM»s)Î7»¡¡9$$sù $Z)ö7y ÇÍÈ   ÏNºtÎn/yßJø9$$sù #XöDr& ÇÎÈ[13]  
2)    Singkat dan padat.
                        Dalam al-qur an banyak kita jumpai ayat- ayat nya singkat tetapi padat artinya, sehingga menyababkan berbagai macam pemahaman dari setiap mereka yang membacanya . Contoh:
t 3 ª!$#ur ä-ãötƒ `tB âä!$t±o ÎŽötóÎ/ 5>$|¡Ïm ÇËÊËÈ
“kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” [14]
3)    Memuaskan para pemikir kebanyakan orang .
Bagi orang awam, ayat Al-Qur an mungkin terasa biasa, tetapi bagi para filosof dengan ayat yang sama akan melahirkan pemahaman yang luar biasa.
b)   Segi Tasyri’ (penetapan hukum)[15]
Al Qur’an menjelaskan pokok akidah, norma-norma keutamaan, sopan-santun, undang-undang, ekonomi, politik, sosial dan kemasyarakatan, serta hukum-hukum ibadah. Apabila kita memperhatikan pokok-pokok ibadah, kita akan memperoleh kenyataan bahwa Islam telah memperluasnya dan menganekaragamkan serta meramunya menjadi ibadah amaliyah, seperti zakat dan sedekah. Ada juga yang berupa ibadah amaliyah sekaligus ibadah badaniyah, seperti berjuang di jalan Allah.
Al Qur’an menggunakan dua cara tatkala menetapkan sebuah ketentuan hukum:
1)      Secara global
Persoalan ibadah umumya diterangkan secara global, sedangkan perinciannya diserahkan kepada para ulama melalui ijtihad.
2)      Hukum yang dijelaskan secara terperinci adalah yang berkaitan dengan utang-piutang, makanan yang halal dan yang haram, memelihara kehormatan wanita, dan masalah perkawinan.
c)    Berita tentang hal-hal yang ghaib[16]
Al-Qur’an berbicara tentang kaum thamu>d dan kaum ‘A>d yang kepada mereka diutus Nabi S}aleh dan Nabi Hud. Banyak uraian al-Qur’an tentang kedua kaum ini, baik dari segi kemampuan dan kekuatan mereka, maupun kedurhakaan dan pembangkangan mereka terhadap Tuhan dan utusan-Nya. Mereka akhirnya dihancurkan Allah dengan gempa dan angin ribut yang sangat dingin lagi kencang. Hal ini dilukiskan olehSurah Al-H{a>qqah [69]: 4-7 sebagai berikut:
ôMt/¤x. ߊqßJrO 7Š%tæur ÏptãÍ$s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   $¨Br'sù ߊqßJrO (#qà6Î=÷dé'sù ÏpuÏî$©Ü9$$Î/ ÇÎÈ   $¨Br&ur ׊$tã (#qà6Î=÷dé'sù 8xƒÌÎ/ AŽ|Àö|¹ 7puŠÏ?%tæ ÇÏÈ   $ydt¤y öNÍköŽn=tã yìö7y 5A$uŠs9 spuŠÏY»yJrOur BQ$­ƒr& $YBqÝ¡ãm uŽtIsù tPöqs)ø9$# $pkŽÏù 4Ótç÷Ž|À öNåk¨Xr(x. ã$yfôãr& @@øƒwU 7ptƒÍr%s{ ÇÐÈ   
“kaum Tsamud dan 'Aad telah mendustakan hari kiamat.
 Adapun kaum Tsamud, Maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa.
 Adapun kaum 'Aad Maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi Amat kencang,
yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; Maka kamu Lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).”
d)   Isyarat-isyarat ilmiah
Banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al Qur’an misalnya:        
1.    Cahaya matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan sebagaimana yang dijelaskan firman Allah berikut :[17]
uqèd Ï%©!$# Ÿ@yèy_ š[ôJ¤±9$# [ä!$uÅÊ tyJs)ø9$#ur #YqçR ¼çnu£s%ur tAÎ$oYtB (#qßJn=÷ètFÏ9 yŠytã tûüÏZÅb¡9$# z>$|¡Åsø9$#ur 4 $tB t,n=y{ ª!$# šÏ9ºsŒ žwÎ) Èd,ysø9$$Î/ 4 ã@Å_ÁxÿムÏM»tƒFy$# 5Qöqs)Ï9 tbqßJn=ôètƒ
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya munzilah-munzilah (tempat-tempat) bagi perjalan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu, melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (Q.S. Yunus (10): 5).
2.    Kejadian alam semesta, sebagaimana diisyaratkan firman Allah berikut:
óOs9urr& ttƒ tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%Ÿ2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( Ÿxsùr& tbqãZÏB÷sムÇÌÉÈ  
“dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?”[18]
Ayat diatas mengisyaratkan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan. Tetapi al-Qur’an tidak menjelaskan bagaimana terjadinya pemisahan itu, namun apa yang dikemukakan diatas tentang keterpaduan alam raya kemudian pemisahannya dibenarkan oleh observasi para ilmuwan.[19]
3.Tentang warna hijau pada pohon. Seperti dalam firman Allah QS. Ya>si>n [36]: 80 sebagai berikut:
Ï%©!$# Ÿ@yèy_ /ä3s9 z`ÏiB ̍yf¤±9$# ÎŽ|Ø÷zF{$# #Y$tR !#sŒÎ*sù OçFRr& çm÷ZÏiB tbrßÏ%qè? ÇÑÉÈ  
“Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, Maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu".
Al-Syajar al-akhd}ar menurut sebagian ilmuwan adalah “zat hijau daun” atau yang dikenal dengan chloropyll (klorofil). Allah menjadikan dari pohon yang hijau suatu energi.[20]
e)    Ketelitian redaksinya [21]
1.    Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya. Beberapa contoh,diantaranya      :
a.   Al-h}aya>h (hidup) dan al-mau>t (mati),masing-masing sebanyak 145 kali;
b.   Al-na>f (manfaat) dan Al-madza>rah (mudarat),masing-masing sebanyak 50 kali;
c.    Al-ha>r (panas) al-bard (dingin) masing-masing 4 kali;
d.   Al-S{a>liha>t (kebajikan) dan al-Sayyia>t (keburukan),masing-masing167 kali;
e.    Al-T{uma’ninah (kelapangan/ketenangan) dan al-dhai>q (kesempitan/ kekesalan),masing-masing13 kali;
f.     Al-rabah (cemas/takut) dan al-raghbah (harap/ingin),masing-masing 8 kali;
g.   Al-Kufr (kekufuran) dan al-I<man (iman) dalam bentuk definite, masing-masing 17 kali;
h.   Al-S{{ay>f (musim panas) dan al-syita>>’ (musim dingin), masing-masing 1 kali
2.    Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya/makna yang dikandungnya:
a.       Al-harth dan al-zira>’ah (membajak/bertani), masing-masing 14 kali;
b.        Al-‘Usb dan al-d}uru>r (membanggakan diri/angkuh), masing-masing sebanyak 27 kali;
c.         Al-D{a>llu>n dan al-Mawta> (orang sesat/mati jiwanya),masing-masing 17 kali;
d.        Al-Quran, al-Wahyu dan al-Isla>m (Al-quran, wahyu, dan islam), masing-masing sebanyak 70 kali;
e.         Al-‘Aql dan al-Nu>r (akal dan cahaya), masing-masing 49 kali;
f.          Al-Jahr dan al-‘Ala>niyah (nyata),masing-masing 16 kali.
3.    keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukkan akibatnya:
a.       Al-Infa>q (infaq) dngan al-Ridha (kerelaan),masing-masing 73 kali;
b.        Al-Bukhl (kekikiran) dengan al- Hasarah (penyesalan), masing-masing 12 kali,
c.         Al-Ka>firun (orang-orang kafir) dengan al-Na>r/al-Ahra>q (neraka/pembakaran), masing-masing 32 kali;
d.        Al-Sala>m (kedamaian) dengan Al-T{ayyba>t (kebajikan), masing-masing 60 kali
4.    Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya.
a.       Al-Isra>f (pemborosan) , dengan al-Sur’ah (ketergesaan), masing-masing 23 kali.
b.      Al-Maw’iz}ah (nasehat/petuah) dengan al-Lisa>n (lidah), masing-masing 25 kali.
c.       Al- Asra (tawanan) dengan al- Harb (perang) masing- masing 6 kali.
d.      Al-Sala>m (kedamaian) dengan al-T{ayyiba>t (kebajikan) masing-masing 60 kali.
e.       Al-Sala>m (kedamaian) dengan al-T{ayyiba>t (kebajikan) masing-masing 60 kali.
5.    Disamping keseimbangan-keseimbangan tersebut, ditemukan juga keseimbangan khusus:
a.       Kata yau>m; (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun, sedangkan kata hari yang menunjukkan bentuk plural (ayya>m) atau dua (yawmayni), berjumlah tiga puluh, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Di sisi lain, kata yang berarti bulan (syahr) hanya terdapat du belas kali sama dengan jumlah dalam setahun.
b.    Al-quran menjelaskan bahwa langit itu ada tujuh macam. Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali pula, yakni dalam surat Al-Baqa>rah (2) ayat 29, surat Al-isra’ (17) ayat 44, surat Al-Mu’minu>n (23) ayat 86, surat Fus}s}ilat (41) ayat 12, surat Al-T{alaq (65) ayat12, surat Al-mulk (67) ayat 3, dan surat Nu>h (71) aya 15. Selain itu, penjelasan tentang terciptanya langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan pula dalam 7 ayat.
c.    Kata-kata yang menunjukan kepada utusan Tuhan, baik rasul atau nabi atau bashi>r (pembawa berita gembira) atau nadhi>r (pemberi nada peringatan), semuanya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rasul, dan pembawa berita tersebut, yakni 518.
5.  Faedah I’jaz Al-Quran[22]
I’jaz al-Quran dapat memberikan manfaat bagi orang yang mempelajari dan mengkaji. Baik itu orang awam ataupun para ilmuan, cendikiawan, dan semua kalangan manusia yang senantiasa mempergunakan akal sehatnya. Adapun manfaat yang dapat dipetik dari I’jaz al-Quran akan disebutkan dibawah ini:
a)    Kelembutan, keindahan, keserasian kalimat dan redaksial-Quran dapat memberikan kesegaran kepada akal dan hati, baik orang awam ataupun kaum cendikiawan.
b)   Gaya bahasa yang indah dapat dijadikan sebagai media dakwah untuk menarik hati orang.
c)    Dengan adanya berita-berita ghaib, itu dapat dijadikan ibrah guna memperkokoh iman kepada Allah dan membimbing perbuatan ke arah yang benar.
d)   Dapat dijadikan hujjah dalam menyampaikan kebenaran al-Qur’an bagi orang-orang yang ragu.
e)    Dapat mengokohkan keyakinan akan kebenaran Risalah Muhammad Saw.
f)     Dapat mengetahui keagungan Allah dengan mengenal isyarat ilmiah yang ada di alam dunia.
g)   Dapat menjadi motivasi untuk selalu bereksperimen, berinovasi, dan berkarya dalam ilmu pengetahuan.
h)   Mengetahui kelemahan dan kekurangan manusia.
i)     Aturan-aturan hukumnya dapat dijadikan sebagai landasan dalam beribadah, baik ibadah secara vertikal ataupun horizontal.
j)     Dapat menjaga kehormatan, harta, jiwa, akal, dan keturunan dengan menganut dan mengindahkan tasyri’-Nya.
6.     Isyarat-isyarat ilmiah Al-Qur’an tentang Reproduksi Manusia menurut Quraish Shihab dalam bukunya Mukjizat al-Qur’an.
Al-Quran berbicara panjang lebar tentang manusia, dan salah satu yang diuraikannya adalah persoalan reproduksi manusia, serta tahap-tahap yang dilaluinya hingga tercipta sebagai manusia ciptaan Tuhan yang lain daripada yang lain. Berikut dikemukakan sekelumit tentang persoalan ini, khususnya yang berkaitan dengan tahap pembuahan atau pertemuan sperma dan ovum.[23]
Terdapat paling tidak tiga ayat Al-Quran yang berbicara tentang sperma (mani) yaitu :
(a)    Surah Al-Qiyamah [75]: 36-39:
Ü=|¡øtsr& ß`»|¡RM}$# br& x8uŽøIム´ß ÇÌÏÈ   óOs9r& à7tƒ ZpxÿôÜçR `ÏiB %cÓÍ_¨B 4Óo_ôJムÇÌÐÈ   §NèO tb%x. Zps)n=tæ t,n=yÜsù 3§q|¡sù ÇÌÑÈ   Ÿ@yèpgmú çm÷ZÏB Èû÷üy_÷r¨9$# tx.©%!$# #Ós\RW{$#ur ÇÌÒÈ  

“Apakah manusia mengira bahwa ia akan ditinggalkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)? Bukankah dia dahulu nut}fah dari mani yang dituangkan (ke dalam rahim), kemudian ia menjawab ‘alaqah, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya? Lalu Allah menjadikan darinya sepasang lelaki dan perempuan?”
(b)   Surah An-Najm [53]: 45-46:
¼çm¯Rr&ur t,n=y{ Èû÷üy_÷r¨9$# tx.©%!$# 4Ós\RW{$#ur ÇÍÎÈ   `ÏB >pxÿôÜœR #sŒÎ) 4Óo_ôJè? ÇÍÏÈ  
“Dan bahwa sesungguhnya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan, lelaki dan perempuan, dari nuthfah apabila dipancarkan.”
(c)    Surah Al-Waqi’ah [56]: 58-59:
Läê÷ƒuätsùr& $¨B tbqãZôJè? ÇÎÑÈ   óOçFRr&uä ÿ¼çmtRqà)è=øƒrB ÷Pr& ß`óstR tbqà)Î=»sƒø:$# ÇÎÒÈ  
“Maka terangkanlah kepada-Ku tentang apa yang kamu pancarkan (mani). Kamukah yang menciptakannya atau Kami?”
Ayat Al-Qiya>mah di atas secara tegas menyatakan bahwa nut}fah merupakan bagian kecil dari mani yang dituangkan ke dalam rahim. Kata nut}fah dalam bahasa Al-Quran adalah “setetes yang dapat menambah sahi”. Informasi Al-Quran tersebut sejalan dengan penemuan ilmiah pada abad ke dua puluh ini yang menginformasikan bahwa pancaran mani yang menyembur dari alat kelamin pria mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia, sedangkan yang berhasil bertemu dengan ovum hanya satu saja. Itulah yang dimaksud Al-Quran dengan (nut}fah dari mani yang memancar).
Selanjutnya ayat Al-Najm di atas menginformasikan bahwa dari setes nut}fah yang memancar itu Allah menciptakan kedua jenis manusia lelaki dan perempuan. Sekali lagi Al-Quran memberikan informasi yang sangat akurat. Penelitian ilmiah membuktikan adanya dua macam kandungan sperma (mani lelaki) yaitu kromosom lelaki yang dilambangkan dengan huruf “Y”, dan kromosom perempuan perempuan yang dilambangkan dengan huruf “X”. Sedangkan ovum (milik perempuan) hanya semacam,yaitu yang dilambangkan dengan huruf X. Apabila yang membuahi ovum adalah sperma yang memiliki kromosom Y, maka anak yang dikandung adalah lelaki, dan bila X bertemu dengan X, maka anak yang dikandung adalah perempuan. Jika demikian yang menentukan jenis kelamin adalah nut}fah yang dituangkan ayah itu.
Ayat lain yang mengisyaratkan peranan sperma dalam menentukan jenis kelamin anak adalah firman-Nya dalam Surah Al-Baqarah [2]: 223:
öNä.ät!$|¡ÎS Ó^öym öNä3©9 (#qè?ù'sù öNä3rOöym 4¯Tr& ÷Läê÷¥Ï© (
“Istri-istri kamu adalah ladang untukmu, maka garaplah ladangmu bagaimana kamu kehendaki.....
Apabila petani menanam tomat di ladangnya maka jangan harapkan yang tumbuh adalah buah selain tomat, karena ladang hanya menerima benih. Ini berarti yang menentukan jenis tanaman yang berbuah adalah petani bukan ladangnya. Wanita atau istri oleh ayat di atas diibaratkan dengan ladang. Jika demikian bukan wanita yang menentukan jenis kelamin anak, tetapi yang menentukan adalah benih yang “ditanam” ayah di dalam rahim.
Hasil pertemuan antara sperma dan ovum dinamai oleh Al-Quran nut}fah amsha>j:
$¯RÎ) $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB >pxÿôÜœR 8l$t±øBr& ÏmÎ=tGö6¯R çm»oYù=yèyfsù $JèÏJy #·ŽÅÁt/ ÇËÈ  
“Sesungguhnya kami menciptakan manusia dari setetes nuthfah amsyaj (yang bercampur). Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan) karena itu kami jadikan dia mendengar dan melihat (QS. Al-Insa>n [76]: 2).
Pada tahun 1883, Van Bender membuktikan bahwa sperma dan ovum memiliki peranan yang sama dalam membentuk benih yang telah bertemu itu, dan pada tahun 1912 morgan membuktikan peranan kromosom dalam pembentukan janin.
Menarik untuk diketahui bahwa kata amsha>j berbentuk jamak, sedangkan bentuk tunggalnya adalah masha>j. Sementara itu, nut}fah adalah bentuk tunggal, dan bentuk jamaknya adalah amsha>j tidak lurus, karena ia berkedudukan sebagai ajektif/sifat dari nut}fah, sedangkan bahasa Arab menyesuaikan sifat dengan yang disifatinya. Jika feminin maka sifatnya pun demikian, dan jika tunggal sifatnya pun tunggal, serta jika jamak juga jamak. Nah, di sini, terlihat bahwa nut}fah berbentuk tunggal sedangkan amsha>j—seperti dikemukakan di atas—berbentuk jamak.
Pakar-pakar bahasa menyatakan bahwa sifat dari satu hal yang berbentuk tunggal mengambil bentuk jamak, maka itu mengisyaratkan bahwa sifat tersebut mencakup seluruh bagian-bagian kecil dari yang disifatinya. Dalam hal nut}fah maka sifat amsha>j (bercampur) bukan sekedar bercampurnya dua hal sehingga menyatu atau terlihat mantap sehingga mencangkup seluruh bagian dari nut}fah  tadi. Nut}fah amsha>j itu sendiri adalah hasil percampuran sperma dan ovum, yang masing-masing memiliki 46 kromosom.
Jika demikian wajar bila ayat di atas menggunakan bentuk jamak untuk menyifati nut}fah yaitu memiliki jumlah yang banyak dari kromosom itu. Dan informasi Al-Quran tidak berhenti di sana.dilanjtkannya bahwa nut}fah tersebut dalam proses selanjutnya menjadi ‘alaqah dengan firman-Nya:
¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ
Kemudian Kami jadikan nut}fah itu ‘alaqah (QS Al-Mu’minun [23]: 14)
Pakar-pakar embriologi menegaskan bahwa setelah terjadi pembuahan (amsha>j), maka nut}fah tersebut berdempet di dnding rahim, dan inilah yang dimaksud oleh Al-Quran dengan ‘alaqah.
Kata ‘alaqah dalam kamus-kamus bahasa mempunyai banyak arti, antara lain segumpal darah, atau sejenis cacing yang terdapat di dalam air bila diminum dapat melengket di tenggorokan. Kata ‘alaqah  akar katanya ‘aliqa yang berarti “tergantung”/melengket. Al-Quran menggunakannya dalam konteks uraiannya tentang reproduksi manusia untuk makna terakhir ini. Yaitu ketika nut}fah  tersebut melengket di dinding rahim. Dari beberapa penelitian diatas membuktikan kemukjizatan al-Qur’an yang luar biasa, dari mana Muhammad (SAW) memperoleh informasi yang demikian akurat itu, padahal hakikat ilmiah ini baru ditemukan oleh ilmuwan setelah seribu tahun lebih dari kedatangan beliau,  Kemudian, bukankah beliau adalah seorang ummy , tidak pandai membaca dan menulis?” itulah wahyu Allah Yang Maha Mengetahui yang disampaikan -Nya kepada hamba pilihan-Nya.

C.    PENUTUP / KESIMPULAN
1.    Pengertian I’jaz Al-Qur’an
Dari segi bahasa kata I’jaz berasal dari kata a’jaz-yujizu-I’jaz yang berarti melemahkan atau memperlemah, juga dapat berarti menetapkan kelemahan atau memperlemah. Secara terminology I’jaz adalah menampakkan kebenaran Nabi SAW dalam pengakuaan orang lain sebagai rasul utusan Allah SWT dengan menampakan kelemahan orang-orang Arab untuk menandinginya atau menghadapi mukjizat yang abadi, yaitu Al-Qur’an dan kelemahan-kelemahan generasi sesudah mereka.
2.    Unsur-unsur Mukjizat:
a.    Mukjizat harus berupa peristiwa luar biasa.
b.    Mukjizat harus disampaikan oleh para Nabi.
c.    Mukjizat harus mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian.
3.    Macam-macam Mukjizat:
Mukjizat Indrawi (Hissiyah)  dan Mukjizat Rasional (‘Aqliyah)
4.    Segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an:
            Segi kebahasaan, segi tasyri’, berita tentang hal-hal ghaib, isyarat-isyarat ilmiah dan ketelitian redaksinya
5.    Faedah I’jaz Al-Qur’an:
     Memberikan kesegaran kepada akal dan hati, sebagai media dakwah untuk menarik hati orang, sebagai ibrah guna memperkokoh iman kepada Allah dan membimbing perbuatan ke arah yang benar, sebagai hujjah dalam menyampaikan kebenaran al-Qur’an bagi orang-orang yang ragu,  mengokohkan keyakinan akan kebenaran Risalah Muhammad Saw. dapat mengetahui keagungan Allah dengan mengenal isyarat ilmiah yang ada di alam dunia, sebagai motivasi untuk selalu bereksperimen, berinovasi, dan berkarya dalam ilmu pengetahuan, dsb
                             Implikasi yang bisa kita tangkap dari pembahasan diatas adalah bahwa kemu’jizatan al-Qur’an terletak pada berbagai aspeknya yang manapun. Baik itu dari segi kebahasaan (tekstual) dan isi kandungannya (kontekstualnya) yang mana sistem informasinya yang jauh menjangkau masa depan yang tidak akan pernah terkuak oleh akal manusia tanpa bantuan al-Qur’an. Alla>hu A‘lam Bi Al-S{{owa>b




DAFTAR PUSTAKA

Al- Munawwar, Said Agil Husain dan Masyhur, Ijaz AI-Qur'an dan  MetodologiTafsir,1994.
Al-Qat}t}a>n, Manna>’ Khali>l. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2012.
Al-Suyu>t}iJalalAl-Di>n Al-Suyu>t}i, al-Itqon, juz II.
Anwar, Rosihan, Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka setia, 2000.
Depdikbud, Kamus besar bahasa Indonesia, ed II. Jakarta: Balai Pustaka,1995.
Shihab, M. Quraish. Mukjizat Al Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib. Bandung: Mizan, 2003.
Suma, Amin. Ulumul Qur’an. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.
Usman, Ulu>mul Qur’a>n. Yogyakarta: Teras, 2009. 
Al-Munawwar, Said Agil Husain dan Masyhur, Ijaz AI-Qur'an dan MetodologiTafsir,1994
Al-Qat}t}a>n, Manna>’ Khali>l. Study Ilmu-ilmu Al Qur’an (terjemahan dari Mubahits fi Ulumul Qur’an), Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 2004
Al-Qat}t}a>n, Manna>’ Khali>l. Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2012
Anwar, Rosihan. Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka setia, 2000
Depdikbud. Kamus besar bahasa Indonesia, ed II. Jakarta: Balai Pustaka,1995
Shihab, M. Quraish. Mukjizat Al Qur’an, Bandung: Mizan, 1997
Usman, Ulu>mul Qur’a>n, Yogyakarta: Teras, 2009 



[1] Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), 154
[2] Usman, Ulu>mul Qur’a>n, (Yogyakarta: Teras, 2009), 285 
[3] Ibid, 205
[4] Al-Qur’an, 5:31
[5] Manna>’ Khali>l Al Qat}t}a>n, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2012), 371
[6] Usman, Ulu>mul Qur’a>n, 287
[7] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al Qur’an, (Bandung: Mizan, 1997), 23
[8] Al Qat}t}a>n, Studi Ilmu-ilmu Qur’an,  372


[9] Depdikbud, Kamus besar bahasa Indonesia, ed II. (Jakarta: Balai Pustaka,1995),  670
[10] Said Agil Husain al-Munawwar dan Masyhur, Ijaz AI-Qur'an dan MetodologiTafsir,1994,  1
[11] Jalaludin as-Suyuthi, al-Itqon, juz II, hal 311. lihat juga Muhammad bin Alwi al-Maliki, Zubdatul Itqan fi ulumil Quran,  311
[12] Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka setia, 2000),199
[13] Al-Qur’an, 79: 1-5
[14] Al-Qur’an, 2: 212
[15] Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an, 199
[16] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib (Bandung: Mizan, 2003), 196
[17] Usman, Ulumul Qur’an, 285
[18] Al-Qur’an, 21: 30
[19] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al Qur’an, 171
[20] Ibid, 188
[21] Usman, Ulumul Qur’an, 285
[22]    Manna Khalil Al Qattan, Study Ilmu-ilmu Al Qur’an (terjemahan dari Mubahits fi Ulumul Qur’an), (Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 2004), hal. 371

[23] M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an,  167.