Kamis, 05 Mei 2016
Kamis, 14 Januari 2016
PERTEMUAN AIR TAWAR DAN AIR ASIN DILAUTAN MENURUT AL-QUR’AN DAN SAINS
PERTEMUAN
AIR TAWAR DAN AIR ASIN DILAUTAN
MENURUT
AL-QUR’AN DAN SAINS
A. Pendahuluan
Al-Qur’an adalah kitab induk, rujukan utama
bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber, basis bagi segala sains dan
ilmu pengetahuan, sejauhmana keabsahan ilmu harus di ukur standarnya adalah
al-Qur’an. Ia adalah kitab induk ilmu pengetahuan, di mana tidak ada satu
perkara apa pun yang terlewatkan.[1]
Kemudian
dari pada
itu, banyak ilmuan yang mengkorelasikan penemuan-penemuannya dengan al-Qur’an.
Banyak pula ahli tafsir yang menyimpulkan bahwa di dalam al-Qur’an ini
menyimpan kunci berbagai pengetahuan yang mungkin akan terkuak pada kemudian
hari. Salah satunya dalam surah Ar-Rahmaan [55] ayat 19-20 :
ylttB
Ç`÷tóst7ø9$# Èb$uÉ)tGù=t
ÇÊÒÈ $yJåks]÷t/
Óyöt/ w Èb$uÉóö7t
ÇËÉÈ
Dia
membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada
batas yang tidak dilampaui masing-masing.[2]
Dari beberapa uraian di atas, penulis merasa
tertarik, akan adanya keterangan dua lautan yang
mengalir kemudian bertemu keduanya, dan kemudian penulis ingin
mencoba menelusuri bagaimana keterangan tersebut dipandang dari Al-Qur’an/Tafsir
dan Sains. Maka penulis mencurahkan kegelisahannya dalam sebuah makalah
yang berjudul : Pertemuan Air Tawar dan Air Asin Dilautan Menurut al-Qur’an dan Sains.
B. Pengertian Laut
Laut di pandang dari segi etimologi berasal dari kata al-Bahr dari huruf al-ba’ al-ha’ dan al-ra’ sehingga terbaca al-Bahru (البحر) yang artinya : sesuatu yang luas dan dalam.[3] Sedangkan dalam Kamus al-Munawwir dinyatakan bahwa kata al-Bahr, merupakan jamak dari kata abhuru, buhuru, biharu yang berarti laut.[4] Selanjutnya, dalam Kamus Bahasa Indonesia dikatakan bahwa laut itu adalah
kumpulan air asin (dalam jumlah yang banyak dan luas) yang menggenangi dan
membagi daratan atas benua atau pulau-pulau.[5]
Dari pengertian kata al-Bahr di atas, maka penulis mengistilahkan secara
terminologi bahwa laut adalah suatu tempat yang amat luas dan dalam yang
digenangi oleh air yang asin. Di dalam laut, terdapat pula makhluk hidup yang disebut binatang
laut, bahkan ditemukan pula banyak jenis tumbuh-tumbuhan di dalamnya.
Laut ini, terbentang begitu
luas dan amat dalam sehingga ia memisahkan daratan dengan daratan lainnya.
Karena demikian halnya, maka pada satu sisi ia membela suatu samudra, sehingga ada
yang disebut dengan samudra Fasifik, samudera Atlantik dan Samudera India. Pada
sisi lain, laut ini membatasi antara pulau dengan pulau, antara benua dengan
benua, yang hanya dapat dilalui dengan alat perhubungan laut atau melintasinya
dengan perhubungan udara.[6]
Dengan demikian, penulis dapat
merumuskan bahwa kata laut di dalam al-Qur’an diistilahkan dengan al-Bahr dan memiliki istilah lain,
yakni al-Yammu. Kedua istilah tersebut, akan dikemukan dalam berbagai ayat al-Qur’an pada sub bab berikutnya.
C. Ayat-Ayat Tentang Laut (al-Bahr)
Dalam kamus Al-Mu’jam
al-Mufahras li Alfaz al-Qur’an al-Karim karya
Abd. al-Baqy, ditemukan ayat-ayat tentang al-Bahr terdapat dalam ; QS.
al-Baqarah (2) 50, 164; QS. al-Maidah (5(: 96; QS. al-An’am (6): 59, 63, 97;
QS. al-A’raf (7): 138, 163; QS. Yunus (10): 22, 90; QS. Ibrahim (14): 32; QS.
al-Nahl (16): 14; QS. Bani Israil (17): 66, 67, 70; QS. al-Kahfi (18): 60, 61,
63, 63, 79, 109; QS. Thaha (20): 77; QS. al-Hajj (22): 65: QS. al-Nur (24): 40;
QS. al-Furqan (25): 53; QS. al-Syura (26): 63; QS. al-Naml (27): 61, 63; QS.
al-Rum (30): 41; QS. Luqman (31): 27, 31; QS. Fathir (35): 12; QS. al-Syura
(42): 32; QS. al-Dukhan (44): 24; QS. al-Jatsiyah (45): 12; QS. al-Thur (52): 6
dan QS. al-Rahman (55): 19, 24.[7]
Berdasarkan data di atas, maka dapat dikatakan bahwa
dalam al-Qur’an, term al-Bahr muncul sebanyak 39 kali yang terungkap dalam 32 kali bentuk mufrad dan 6 kali dalam bentukmutsanna,
dan penulis mengkrucutkan dengan 3 ayat, sebagai perwakilan dan sekaligus
membahas tuntas tentang Pertemuan Air Tawar dan Air Asin Dilautan Menurut Al-Qur’an dan Sains.
D. Pemisahan Air Asin dan Air Tawar Menurut Ayat
Al-Qur’an dan Para Mufasir
Pada abad ke-20 para ilmuwan mulai menemukan
berbagai contoh perihal bertemunya laut air asin dan sungai air tawar. Dari
sanalah diketahui bahwasanya kedua jenis air tersebut tidak saling bercampur.
Sedangkan al-Qur’an telah menyebutkan pemisahan kedua jenis air tersebut lebih
dari 1400 tahun yang lalu. Sebagaimana terdapat
pada beberapa surah dalam al-Qur’an, di antaranya :
1.
Surat
Al-Furqon [25] : 53
* uqèdur
Ï%©!$#
ylttB
Ç`÷tóst7ø9$#
#x»yd
Ò>õtã
ÔN#tèù
#x»ydur
ìxù=ÏB
Ól%y`é&
@yèy_ur
$yJåks]÷t/
%Y{yöt/
#\ôfÏmur
#Yqàføt¤C
ÇÎÌÈ
Dan Dialah yang membiarkan dua
laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin
lagi pahit,
dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.[8]
a). Tafsir Ar-Razi - Imam Muhd Razi Fakhruddin
Menurut Tafsir Ar-Razi, Ada empat jenis penyatuan
bukti yang kita tahu bahwa ini adalah bukti kekuasaan Allah. Kemudian Imam
Ar-Razi berkata : dua laut yang mengalir itu yang mana menghantar mereka dan
berkata : hewan di dalam laut yang mengalir itu apabila tempatnya yang asal
akan keliru, dan ia berkata : pemahaman dalam apa yang mengalir itu [Qaf: 5]
dinamakan air yang besar di dalam dua laut. Ibn Abbas berkata : Marj Bahrain,
yang menghantar mereka di dalam dua laut seperti menghantar kuda di padang
rumput dan bertemu keduanya. Dan dia berkata : laut berfaedah membawa maksud
dari faedah-faedah yang sempurna dari kejadiannya, sehingga (menjadi) «1»
kemanisan, payau dan lawannya, dan bahwa Dia adalah keupayaan yang dipisahkan
dan mencegah mereka bersatu, dan menjadikannya satu lautan yang besar.
Tanpa halangan dan kemampuan Allah, Soal pertama : Apakah
makna yang mengatakan : batas yang menghalangi ? Jawabannya : adalah perkataan
yang ditutunkan ialah sebagai tempat perlindungan ke hidupan laut, yang di sini
adalah realiti sebagai metafora, seolah-olah setiap dua laut itu mendapatkan
perlindungan dari pemilik dan menyebut bahwa batas itu menghalangi antara
keduanya, Rasulallah bersabda : tidak melampaui batas untuk berlindung dengan
dia yakni Allah, salah satu metafora kejadian Allah yang terbaik.
Soal kedua :
Terdapat air segar di laut, sebagaimana Allah berfirman ? Pertama : bahawa lembah
yang dimaksudkan itu seperti Sungai Nil. Kedua : dijadikan laut sebagai tempat
untuk berlindung antara yang lain, untuk saya (Imam Muhd Razi) mengatakan : pertama yaitu air lembah
lemah karena di dalam lembah tidak ada air garam, dan laut terdapat air garam,
namun tidak ada air segar, dan mendapat sepenuhnya manakala yang kedua adalah
lemah, karena ada secara alami.
Kesimpulan di sini
adalah kemanisan dan kemasinan yang ada karena sifat tanah itu atau air, mereka
mesti khatulistiwa, walaupun tidak, dan juga ia mesti menjadi mampu dari
sesuatu yang lain kerana itu adalah
sifatnya yang khusus/alami.[9]
b). Tafsir Al-Munir
- Dr. Wahbah AZ-Zuhaily
Nikmat Allah yang
manakah yang engkau telah dustakan, maka dengan yang manakah nikmat atau
manfaat ini yang engkau telah dustakan wahai insan dan jin ? maka air yang
segar untuk minum dan menyiram tumbuh-tumbuhan dan hewan, dan garam untuk
membasmi air kolam dari bakteria, dan memperbaiki lapisan udara, dan telah
mengeluarkan mutiara dan marjan, sebagaimana firman Allah : Nikmat Allah yang
manakah engkau telah dustakan, maka dengan yang manakah nikmat atau manfaat ini
yang engkau telah dustakan wahai insan dan jin ? sesungguhnya Ayat-ayat Allah
yang tidak boleh berbohong, tidak dapat dinafikan. Dengan pemasangan jarring
dan pukat di laut itu menggunakan bendera,
dan Allah adalah tuhan yang menciptakan dan membuat segala-galanya.[10]
c). Tafsir Al-Alusi
( Ruhul Al-Ma’ani )
Al-Alusi mentafsirkan (Ç`÷tóst7ø9$# ylttB Ï%©!$# uqèdur) sebagai diutuskan
untuk bergerak bersama atau mengalir berdampingan. Asal (المسج) seperti yang
dikatakan oleh الراغب)) adalah campuran, dinamakan padang
rumput yang bercampur tumbuh-tumbuhan padanya. Maksud dengan dua lautan adalah
terdapat air tawar yang banyak dan air masin yang banyak dan keduanya tidak
diasingkan dengan dua laut yang tertentu, yaitu keduanya adalah mengalir
bersama. Dan ini merujuk kepada apa yang telah di sebut di dalam keterangan
firman Allah S.W.T : (هذاعذب فرات) yaitu rasa yang
sangat manis (tawar ) dan (وهذاملح اجاج) ada pendapat yang
mengatakan ia bermaksud kedua laut bercampur dengan campuran yang berbagai yaitu
rasa yang sangat tawar dan masin.[11]
Ayat (ا Y{yöt/$yJåks]÷t/ @yèy_ur (yaitu dari perkataan arab, yang bermaksud halangan atau sekatan
diartikan sebagai lokasi muara sungai, maksud bagi halangan ini adalah seperti
yang di katakan oleh Abdul Bin Hamid Wa Ibnu Jarir Wa Ibnu Abi Haitam Dari
Hassan yaitu apa yang bertukar
antara keduanya dari bumi seperti bumi menghalang antara lautan dan dikatakan
bahawa lautan yang besar lazimnya terpisah lautan dengan sungai yang besar. Maksud
pertukaran dan mengalir bersama di sini adalah merupakan tempat berhentinya
laut begitu juga sungai. Di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai
dan air masin dari laut yaitu di muara sungai. Kemudian, ada pendapat mengatakan
maksud bagi tembok atau halangan adalah dari kekuasaan Allah dan perkara yang
tak dapat dilihat (ghaib). Dan firman Allah S.W.T : #Yqàføt¤C #\ôfÏm bermaksud
sempurna tanpa adanya percampuran.[12]
2.
Surah Ar-Rahman [55] : 19-20
Dalam ayat
yang lain disebutkan dalam surah Ar-Rahman [55] ayat 19-20, yang berbunyi :
ylttB
Ç`÷tóst7ø9$#
Èb$uÉ)tGù=t
ÇÊÒÈ $yJåks]÷t/
Óyöt/
w Èb$uÉóö7t
ÇËÉÈ
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,
antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.[13]
a). Tafsir Ibn
Kathir
ÇÊÒÈ Èb$uÉ)tGù=t Ç`÷tóst7ø9$# ylttB
Maksudnya:“Ia
biarkan air dua laut (yang masin dan Yang tawar) mengalir, sedang keduanya pula
bertemu.”
Ibn Abbas r.a mengatakan “maksudnya :
mengalirkan keduanya.” Maksud firman Allah {b$uÉ)tGù=t} “Kemudian bertemu”. Ibn Zaid mengatakan : yang
menghalangi kedua lautan itu untuk bertemu, yaitu dengan meletakkan
penghalang yang memisahkan antara keduanya. Manakala yang dimaksudkan dengan firman Allah {`÷tóst7ø9$#} adalah asin dan
masin. Dan yang manis itu adalah sungai-sungai yang
mengalir di tengah-tengah umat manusia.[14]
ÇËÉÈ Èb$uÉóö7t w Óyöt/ $yJåks]÷t/
Maksudnya:“Di
antara keduanya ada penyekat yang memisahkannya, masing-masing tidak
melampaui semuannya.”
Ayat ini bermaksud
bahwa Allah menjadikan penghalang dari tanah antara keduanya agar masing-masing
tidak saling melampaui, sehingga ia menimbulkan kerusakan dan menghilangkan
sifat yang dikehendaki dari masing-masing lautan tersebut.[15]
b). Tafsir Tantawi
Jauhari
Ç{`÷tóst7ø9$# ylttB}
Maksudnya : “Ia
biarkan air dua laut (yang masin dan yang tawar) mengalir.”
Sesungguhnya Allah
s.w.t telah menjadikan laut yang masin dan laut yang tawar serta sesuai diminum
dan membiarkan keduanya itu bertemu. Kita juga melihat bahawa air laut yang
tawar itu keluar dari gunung seperti Air Nil di Mesir yang mengalir dari gunung
yang terdapat anak bulan di sebalik khatulistiwa dan terus mengalir sehingga
tercurahnya air di lautan mediterranian.[16]
Manakala, Allah
menjadikan air lautan yang masin tidak melimpah atau melebihi air lautan yang
segar yang sesuai untuk diminum dan Allah s.w.t juga tidak menjadikan air
lautan yang segar untuk diminum itu sebagai garam laut.[17]
{ÇÊÒÈ b$uÉ)tGù=t}
Maksudnya: “Sedang keduanya pula bertemu.”
Adapun pertemuan
dua sungai ini, Allah telah menghalangi keduanya itu dari bertemu dan terdapat
sekatan padanya. Yaitu Allah s.w.t telah memisahkan atau menyekat keduanya dari
bercampur.[18]
ÇËÉÈ Èb$uÉóö7t w Óyöt/ $yJåks]÷t/
Maksudnya : “Di
antara keduanya ada penyekat yang memisahkannya, masing-masing tidak melampaui
semuanya.”[19]
Ó{yöt/ $yJåks]÷t/}
Maksudnya : “Di antara
keduanya ada penyekat yang memisahkannya.” Ayat ini telah ditafsirkan bahawa
sesungguhnya Allah s.w.t telah memisahkan antara kedua laut ini.[20]
{ÇËÉÈ Èb$uÉóö7t w}
Maksudnya : “Masing-masing
tidak melampaui semuanya.” Ayat ini bermaksud bahawa kedua lautan ini tidak
bercampur dan tidak bertukar antara keduanya yang mana ia akan menenggelamkan
manusia sekiranya kedua lautan ini saling berlebihan atau melampaui batas.
3.
Surah An-Naml [27] : 61
Ayat di atas
dapat dikuatkan lagi dengan firman Allah yang lainnya, di antaranya yang terdapat dalam surat An-Naml (61).
`¨Br&
@yèy_
uÚöF{$# #Y#ts% @yèy_ur
!$ygn=»n=Åz #\»yg÷Rr&
@yèy_ur $olm; źuru @yèy_ur
ú÷üt/
Ç`÷tóst7ø9$# #¹Å_%tn 3 ×m»s9Ïär& yì¨B
«!$# 4 ö@t/
öNèdçsYò2r&
w cqßJn=ôèt ÇÏÊÈ
Atau siapakah yang
telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai
di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkannya)
dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah
disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari
mereka tidak mengetahui.
Tafsir Al-Alusi (
Ruhul Al-Ma’ani )
(@yèy_ur ú÷üt/ Ç`÷tóst7ø9$# ) dan menjadikan
suatu pemisah antara dua laut yaitu antara air tawar dan laut masin. Dari ( الضحاك ) atau antara
laut Paris dan Roma. Dari ( الحسه
) atau laut Iraq
dan Syam. Dari ( السد
) atau antara nautika
langit dan bumi. Dari (مجا دٌ ) tembok yang
menghalangi dari percampuran antara dua laut.[21]
E. Bertemunya Air Asin dan Air Tawar
Pada abad ke-20 para ilmuwan mulai menemukan berbagai
contoh perihal bertemunya laut air asin dan sungai air tawar. Mereka juga
mempelajari bagaimana kedua air tersebut dapat berada dalam satu tempat yang
sama, namun tidak saling tercampur.
Para ahli mempelajari tentang
bertemunya air laut dan air sungai yang terpisah, dan meneliti sebab-sebab
mengapa air laut dan air sungai itu tidak dapat bercampur. Mereka juga melakukan survei keberbagai tempat dimana
bertemunya air laut dan air sungai. Adanya penghalang yang memisahkan dua jenis air
sungai berbeda ini, juga sudah diteliti dan dibenarkan oleh hasil research ilmu pengetahuan modern. Ini
bisa dijelaskan secara
ilmiah bahwa setiap laut memiliki
temperatur, kadar garam, dan kepadatan masing-masing. Di bawah ini beberapa penemuan :
1). Cape
Town, Afrika Selatan
Misalnya di bagian selatan dekat
Cape Town, Afrika Selatan, terdapat dua
sungai yang berbeda. Pertama sungai air asin, sementara yang lainnya adalah sungai air tawar, yang mana saling bertemu.
Namun, keduanya tidak pernah
bercampur. Kedua aliran sungai itu bagaikan dibatasi
oleh satu penghalang. Ombak besar, arus yang kuat dan laut pasang seolah-olah
tidak membuat keduanya mampu melampaui penghalang itu.[22]
Tampak
dari kedua jenis sungai yang tidak bercampur itu, sungai
air tawar dan sungai air asin, bahwasanya memiliki alasan mengapa keduanya
tidak bisa menyatu dan bercampur. Hal tersebut karena sungai air asin di bagian
selatan dekat Cape Town memiliki kadar salinitas yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan sungai air tawar yang memiliki kadar salinitas yang lebih
rendah. Selain itu pula bahwa sungai air asin lebih banyak mengalami penguapan
dibandingkan sungai air tawar yang lebih sering mengalirkan airnya dari pada
menguap.
Terpisahnya kedua air itu juga
menciptakan warna yang berbeda pula. Air asin cenderung berwarna kecoklatan dan
keruh, sedangkan air tawar lebih bening dan segar. Kedua air itu terpisahkan
oleh dinding pembatas yang menyekat diantara keduanya.
2). Mediterania dan Samudera Atlantik, Selat Gibraltar
Contoh yang lain adalah air Laut Tengah (Mediterania) yang terasa
hangat, asin, dan ringan. Ketika air Laut Mediterranea memasuki Benua Atlantik
melewati selat Gibraltar, yang mana Selat Gibraltar itu memisahkan benua Afrika dan Eropa,
tepatnya antara negera Maroko dan Spanyol, terdapatair yang
bergerak beberapa ratus kilometer memasuki kedalaman Benua Atlantik hingga
sekitar 1000 meter. Namun, karakteristik airnya tetap hangat, asin, dan dengan
kepadatan yang ringan juga.
Arus
Selat Gibraltar memang sangat besar di bagian bawahnya. Dalam penelitian
modern bidang oseanografi ternyata membuktikan bahwa batas yang menghalangi
kedua laut tersebut tak dapat bercampur adalah karena adanya perbedaan salinitas
(kadar garam), densitas (kepadatan) dan suhu dari keduanya. Laut
Mediterania mempunyai suhu 11,5 derajat C, salinitas > 36,5 per mil, dan
kepadatan yang tinggi. Sedangkan Lautan Atlantik memiliki suhu 10 derajat C,
salinitas < 36 per mil, dengan kepadatan lebih rendah dari Laut Mediterania.[23]
Air
laut di Laut Tengah memiliki kerapatan dan kadar garam yang lebih tinggi dari
air laut yang ada di Samudera Atlantik. Menurut sifatnya, air akan bergerak
dari kerapatan tinggi ke daerah dengan kerapatan air yang lebih rendah.
Sehingga arus di Selat Gibraltar bergerak ke barat, menuju Samudera Atlantik.
Namun air laut dari Laut Tengah yang menuju Samudera
Atlantik tidak dapat tercampur. Seakan ada sekat yang memisahkan kedua jenis
air ini. Bahkan batas antara kedua air dari dua buah laut ini sangat jelas.Air
laut dari Samudera Atlantik berwarna biru lebih cerah.Sedangkan air laut dari
Laut Tengah berwarna lebih gelap.Inilah keajaiban alam.Tidak hanya itu yang
aneh dari perilaku dari kedua air laut ini.Sebagaimana telah disebutkan, bahwa
air laut dari laut Tengah yang tidak mau bercampur dengan air laut dari
SamuderaAtlantik ini menyusup hingga kedalaman 1000 meter di bawah air laut
yang berasal dari Samudera Atlantik.[24]
3). Amazon
Dua anak sungai yakni Rio
Negro dan Rio Salimoes yang bertembungan di wilayah Amazonas, Brazil membentuk
sungai induk Amazon. Kedua anak sungai yang membentuk sungai Amazon ini menurun
kira-kira 5.000 meter menuju Samudra Atlantik.
Pertemuan air Rio Negro, sebuah sungai dengan air hitam
(hampir semua berwarna hitam), dengan Sungai Amazon atau Rio Salimoes yang
berwarna pasir adalah bagian atas hutan Amazon, Brazil. Sepanjang 6 kilometer
air sungai ini berjalan beriringan tanpa bercampur.
Fenomena ini disebabkan oleh
perbedaan suhu, kecepatan dan kepadatan dari kedua sungai. Rio Negro mengalir
dengan kecepatan hampir 2 km per jam dengan suhu 28˚C, sedangkan Rio Salimoes
mengalir dengan kecepatan antara 4 sampai 6 km per jam dengan suhu 22˚C.[25]
F. Korelasi Antara Al-Qur’an dan Penemuan
Sains Tentang Pemisahan Air Asin dan Air Tawar dengan
Pada
abad ke-20 baru kita ketahui pemisahan kedua jenis air melalui berbagai
fenomena yang telah disebutkan sebelumnya. Namun sebenarnya fenomena alam yang
menakjubkan itu sudah disebutkan dalam al-Qur'an sejak 1400 tahun yang lalu. Al-Qur’an menyebutkan bahwa ada
penghalang di antara dua laut yang bertemu dan keduanya tidak bisa melampauinya, sebagaimana terdapat pada Surah Al-Furqon [25] : 53.
* uqèdur
Ï%©!$#
ylttB
Ç`÷tóst7ø9$#
#x»yd
Ò>õtã
ÔN#tèù
#x»ydur
ìxù=ÏB
Ól%y`é&
@yèy_ur
$yJåks]÷t/
%Y{yöt/
#\ôfÏmur
#Yqàføt¤C
ÇÎÌÈ
Dan Dialah yang membiarkan dua laut
yang mengalir (berdampingan),
yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit, dan Dia jadikan antara
keduanya dinding dan batas yang menghalangi.[26]
Dari al-Qur’an surah Al-Furqon dapat digaris
bawahi bahwasanya Allah berfirman “Dia yang membiarkan dua laut mengalir
(berdampingan) ini tawar lagi segar, dan yang lain asin lagi pahit,….”Akhir-akhir
ini ilmuan membenarkan adanya korelasi antara ayat al-Qur’an dan bukti
pemisahan dua lautan (air asin dan air tawar) dengan ditemukannya dua jenis air
yang memiliki kadar berbeda, dimana keduanya bersisihan dan tidak saling
bercampur satu sama lain
lantaran adanya perbedaan densitas (kepadatan) dan salinitas (kadar garam).
Berikut adalah penjelasan lebih mendetail dari densitas dan salinitas dari
kedua air yang berbeda tersebut.
1). Densitas
Densitas air
laut merupakan jumlah massa air laut per satu-satuan volume. Densitas merupakan fungsi langsung
dari kedalaman laut, serta dipengaruhi juga oleh salinitas, temperature dan tekanan. Pada umumnya nilai densitas (berkisar antara
1,02-1,07 gr/cm3) akan bertambah sesuai dengan bertambahnya
salinitas dan tekanan serta berkurangnya temperatur.[27]Pada
suhu 4 C (3,95 C ) air murni mempunyai kepadatan yang maksimum yaitu 1 (satu),
sehingga kalau suhu air naik, lebih tinggi dari 4 C kepadatan air atau berat
jenisnya akan turun, demikian juga kalau suhunya lebih rendah dari 4 C. Sifat
kepadatan air yang demikian itu, maka akan terjadi pelapisan-pelapisan suhu air
pada danau atau perairan dalam, yaitu pada lapisan dalam suatu perairan suhu
air makin rendah dibanding pada permukaan air. Akan tetapi bila air membeku
jadi es, es tersebut akan terapung.
Akibat dari sifat kepadatan air tersebut akan menimbulkan
pergolakan atau perpindahan massa air dalam perairan tersebut, baik secara
vertikal maupun horizontal. Sifat kepadatan air ini mengakibatkan pada perairan
didaerah yang beriklim dingin yang membeku perairannya hanya pada bagian
atasnya saja sedangkan pada bagian bawahnya masih berupa cairan sehingga
kehidupan organisme akuatik masih tetap berlangsung. Selain itu keuntungan adanya gerakan air ini dapat mendistribusikan
atau menyebarkan berbagai zat ke seluruh perairan, sebagai sumber
mineral bagi fitoplankton dan fitoplankton sebagai makanan ikan
maupun hewan air lainnya.[28]
Semua hal tersebut terjadi karena Tuhan menciptakan sifat dari kepadatan
air yang unik.
Sementara dasar perairan merupakan akumulasi pengendapan
mineral-mineral yang merupakan persediaan “nutrient” yang akan dimanfaatkan oleh mahluk hidup (yang pada
umumnya tinggal didaerah permukaan air karena mendapatkan sinar matahari yang
cukup). Pada perairan yang oligotrof (cukup banyak mengandung mineral),
aliran vertikal tidak banyak membawa keberuntungan, justru sebaliknya dapat
mengendapkan mineral-mineral yang datang dari tempat lain kedasar perairan,
mineral-mineral tersebut akan diabsorbsi oleh dasar perairan.
Sedangkan kerugian adanya aliran air yang disebabkan kepadatan
air ini adalah terutama aliran air yang vertikal sering menimbulkan “upwalling”
pada danau-danau, sehingga menyebabkan keracunan dan kematian ikan secara
masal. Hal ini disebabkan kondisi air yang anaerob (oksigen rendah) dan
zat - zat beracun dari dasar perairan akan naik kepermukaan air karena
kepadatan air nya bervariasi.
2). Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut dalam air.
Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.Kandungan
garam pada sebagian besar danau,
sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini
dikategorikan sebagai air tawar.
Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%.
Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih
dari 5%, ia disebut brine.
Air laut
secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5%.
Beberapa danau garam di daratan
dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya.
Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam sekitar 30%.[29]
Istilah
teknik untuk keasinan lautan adalah halinitas,
dengan didasarkan bahwa halida-halida,
terutama kloridaadalah anion yang paling banyak dari elemen-elemen
terlarut. Dalam oseanografi,
halinitas biasa dinyatakan bukan dalam persen tetapi dalam “bagian perseribu” (parts
per thousand , ppt) atau
permil (‰), kira-kira sama dengan jumlah garam untuk setiap liter larutan.
Sebelum tahun 1978, salinitas atau halinitas dinyatakan sebagai ‰ dengan
didasarkan pada rasio konduktifitas
elektrik sampel terhadap "Copenhagen water", air laut buatan
yang digunakan sebagai standar air laut dunia.[30] Pada 1978, oseanografer
meredifinisikan salinitas dalam Practical
Salinity Units (Unit
Salinitas Praktis): rasio konduktivitas sampel air laut terhadap larutan KCL
standar.[31][32] Rasio tidak memiliki unit, sehingga
tidak bisa dinyatakan bahwa 35 psu sama dengan 35 gram garam per liter larutan.[33]
Pada
kelanjutan dari QS. Al-Furqon : 53, dapat diketahui pula jika Allah telah
menekankan adanya barzakh antara dua jenis air asin dan tawar yang disebabkab
oleh adanya perbedaan densitas dan salinitas tersebut. “…, dan
Dia jadikan di antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”
Kemudian
daripada itu para ilmuwan kembali menghubungkan dengan yang dimaksud
diciptakannya barzakh oleh Allah dalam ayat tersebut dengan munculnya
peristiwa-peristiwa alamiah yang mencegah percampuran
antara kedua jenis air tersebut. Peristiwa atau fenomena yang terjadi itu
menyebabkan terlihatnya batas yang jelas antara keduanya. Menurut sains, sifat
kedua lautan ketika bertemu tidak bisa bercampur satu sama lain. Hal ini telah
dikemukakan oleh ahli kelautan baru-baru ini. Peristiwa tersebut dikarenakan
adanya perbedaan masa jenis, dan gaya fisika yang disebut ‘tegangan permukaan’
dari masing-masing air, sehingga keduanya tidak bercampur dan seolah-olah
terdapat dinding tipis yang memisahkannya. Menurut modern ini yang dimaksudkan
dengan barzakh, yaitu sebuah fenomena yang lazim disebut Halocline
dan Pinocline.
Halocline adalah layer/lapisan yang memisahkan air yang mempunyai
salinitas (kadar garam dalam air) yang berbeda.[34]
Laut Mediterania (Laut Tengah) mempunyai salinitas, kepadatan air dan suhu yang
lebih tinggi dibandingkan Lautan Atlantik. Ketika air dari Laut Tengah memasuki
Lautan Atlantik melalui Selat Gibraltar, air tersebut mengalir beberapa ratus
kilometer ke Samudera Atlantik di kedalaman sekitar 1000 meter dengan membawa
sifatnya sendiri yang suhunya, salinitas dan kepadatannya yang lebih tinggi.
Pycnocline adalah layer atau lapisan yang memisahkan kedua
air tawar dan air asin yang mempunyai densitas (kerapatan air) yang berbeda.[35] Zona
pycnocline ditandai dengan adanya diskontinuitas kerapatan yang memisahkan dua
lapisan.Kejadian seperti ini dapat ditemui di Manaus Amazon. Di mana dua aliran
air (sungai) bertemu, bahkan jelas terlihat perbedaan warna airnya, namun
mereka tidak saling bercampur karena perbedaan suhu dan kecepatan aliran.
G. Pendapat dan Penemuan Beberapa
Tokoh Tentang Pemisahan
Air Asin dan Air Tawar dengan Penemuan Al-Qur’an dan Sains
Didalam teks arab, perkataan barzakh
membawa maksud dinding atau penghalang. Dingding ini bukanlah suatu bentuk fizikal
yang dapat dilihat. Manakala perkataan arab membawa maksud mereka bertemu dan
bercampur. Pada permulaannya adalah sukar untuk para pengkaji mengenal pasti apakah yang dimaksudkan dengan
dua tindakan berlawanan tersebut. Mereka bertemu dan bercampur tetapi ada
dinding atau penghalang antara mereka.
Sains moden telah menemui di tempat di
mana dua lautan bertemu akan ada dinding yang memisahkan antara mereka. Dinding
atau halangan ini membahagikan 2 laut supaya laut-laut itu tetap mengekalkan suhu ,
kemasinan dan ketumpatannya masing-masing. Seolah-olah terdapat satu dinding
yang menghalang dua laut ini bercampur apabila mereka melalui antara satu sama
yang lain.
Tetapi apabila air dari laut yang lain
memasuki laut yang satu lagi, maka
akan hilang ciri-ciri ketumpatan dan
akan manjadi seragam dengan laut yang satu lagi. Dengan ini, tembok ini seolah
menjadi satu lautan penyeragaman antara dua laut. Fenomena saintifik ini yang
telah dinyatakan di dalam al-Qur’an diakui benar oleh Dr. William Hay, yaitu seorang ahli merine biology
yang terkenal dan merupakan seorang professor di university Sains dan Geology
di colandia.[36]
Fenomena ini berlaku di beberapa tempat
termasuk pembagian
antara Laut Mediteranean dan Lautan Atlantik Gibraltar. Apabila
al-Qur’an
menjelaskan tentang pembagian antara laut tawar dan laut masin. Ia sebenarnya
menyatakan kewujudan “forbidding partition” dengan tembok tersebut.
Malah sains telah menemukan kejadia ini yang berlaku di muara sungai. Di
mana air tawar dan laut masin bertemu dan situasinya berbeda dengan pertemuan antara dua laut yang terjadi.[37]
Ia telah berpendapat bahwa apa yang membedakan air segar dan air masin di muara adalah "zon
pycnocline dengan kepadatan yang ketara dan ketakselanjaran yang memisahkan dua
lapisan”. Pembahagian Ini ( zon pemisahan) mempunyai kemasinan yang
berbeda dari dua air tawar dan air garam. Fenomena
ini berlaku di beberapa tempat, termasuk Mesir, di mana Sungai Nil mengalir ke
Laut Mediterranean.
Antara penemuan berkaitan ayat ini
adalah seperti apa yang dikarang oleh penulis buku Mukjizat Sains di dalam al-Qur’an, H. Bambang Pranggono, Dini
Handayani, Bambang Pranggono. Di dalam penulisannya beliau telah menceritakan
berkaitan penemuan air mata air dasar laut di pesisiran laut merah.[38]
Dr. Amal al-Iraqi di Arab Saudi telah membuat
kajian bersama beberapa orang ahli kaji Perancis yang bekerja di Nymphea
water. Dari hasil penemuannya menyatakan, disepanjang dasar laut merah yang masin terdapat
beribu-ribu titik sumber air tawar. Sumber-sumber air tawar ini mengeluarkan
air mata air secara terus-menerus malah langsung tidak bercampur dengan air
laut yang masin disekitarnya. Seolah-olah terdapat dinding yang memisahkan
anatara dua jenis air tersebut. Dengan penemuan ini telah membuktikan apa yang
di jelaskan di dalam al-Qur’an tentang dua laut yang mengalir berdampingan tetapi tidak
bercampur.
Pada zaman purbakala, mata air tawar
ini berada di daratan.Karena gerakan geologi maka daratan tadi telah terbenam atau
sebaliknya permukaan air laut yang telah naik dan telah menyebabkan daratan
tadi berada di dasar laut. Tetapi keadaan itu tidak memberi kesan kepada
pengaliran air tawar tersebut. mata air tersebut terus mengalir keluar dengan
keadaannya yang asal yaitu pada tahap kemasinan yang kurang dari 1.4 gram per
liter dan pada suhu yang asalnya
yaiitu 17 drajat celcius. Air tersebut mengalir ketika
musim panas 80 liter per detik dan pada musim lain 120 -124 liter per detik.
Dengan teknologi yang khusus , air mata
air tersebut boleh dialirkan melalui saluran pipa untuk memenuhi keperluan masyarakat di
sekitar. Pierre Becker dan Thierry Carlin merupakan antara yang pertama
telah mencipta teknologi khusus tersebut untuk mengalirkan air tawar dasar laut
itu untuk keperluan masyarakat. Mereka membuat percobaan pertama kali dengan mencoba mengalirkan mata air dasar laut di
kawasan Perancis-Itali, dan menurut-Nya, sumber air tawar dasar laut ini terdapat di seluruh dasar
laut di dunia.[39]
Di barat di temukan, bahwa air lautan tidak bercampur antara
satu sama lain, hanya ditemui akhir-akhir ini oleh Oceanographers (ahli
kaji laut). Ini adalah karena daya fizikal yang dipanggil "surface tension",
oleh itu, perairan laut yang mengalir bersama tidak akan bercampur. Hal itu disebabkan oleh perbedaan dalam air dan ketegangan permukaan
menghalang air-air yang mengalir tersebut dari bercampur antara satu sama lain,
seolah-olah ada satu dinding tipis memisahkan antara mereka. Air Sungai Amazon mengalir ke
dalam Lautan Atlantik namun masih lagi mengekalkan ciri-ciri asalnya walaupun
selepas ia mengalir keluar 200 meter ke tengah Lautan.[40]
There are three main salinity regimes in
coastal waterways: stratified; partially mixed
and
fully mixed.
H. Kesimpulan
Al-Qur’an yang
diturunkan sejak beratus-ratus tahun yang lampau kepada nabi Muhammad S.A.W.,
adalah merupakan kalam Allah dan bukan ciptaan manusia seperti yang sering
didakwa oleh kebanyakan orang yang bukan Islam dan meragui isi kandungan al-Qur’an.
Setiap ayat dan perkataan yang ada di dalam kitab suci al-Qur’an adalah dari
Allah S.W.T. Bukti-bukti saintifik di dalam al-Qur’an membuktikan dengan jelas bahawa al-Qur’an itu dari Allah. Tiada seorang manusia pun yang dapat
mengarang sebuah kitab, 1,400 tahun yang lalu, yang mengandungi fakta-fakta
saintifik yang terperinci , yang mana hanya dapat ditemui oleh manusia beberapa
abad selepas itu.
Pada abad ke-20 para ilmuwan
mulai menemukan berbagai contoh perihal bertemunya laut air asin dan sungai air tawar. Dari sanalah diketahui
bahwasanya kedua jenis air tersebut tidak saling bercampur. Sedangkan al-Qur’an
telah menyebutkan pemisahan kedua jenis air tersebut lebih dari 1400 tahun yang
lalu. Sebagaimana dikutip dalam al-Qur’an surah al-Furqon
ayat 53:
“Dan Dia
(Allah) yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan), ini tawar lagi segar,
dan yang lain asin lagi pahit, dan Dia jadikan diantara keduanya dinding dan
batas yang menghalangi.”
Ayat di atas merupakan bukti
jika benar al-Qur’an merupakan kitab petunjuk yang menjadi rujukan serta kunci
ditemukannya berbagai pengetahuan modern.
Daftar Pustaka
Al-Alusi Sayyid Mahmud al Baghdadi, Tafsir Al-Alusi : Ruhul Ma’ani, Darul Kitab Al-alamiah Beirut.
Al-Wahidiy Abu Husayn, Asbab al-Nuzul, Beirut: Dar
al-Fikr, 1991.
Az-zuhaily Wahbah, Al-Munir: Surah Al-Furqan ayat 53, Darul Fikir wa al-Ma’asir, 1418 H.
Allmarine, Inter Spacing Design, Sumber : philq8.
wordpress/.blogspot/others.
Bagus, Artikel Al-Bahru Dalam Al-Qur’an Suatu Kajian
Tafsir Tematik, Http://www..com. 04. 2011.
Baiquni
A., Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern, Bandung:
Pustaka. 1983.
Djunarsjah Eka, Hidrogafi II
Sifat-Sifat Fisik Air Laut, bag IV 2005.
Goetz,
P. W. (ed.): "The New Encyclopaedia Britannica (15th edn)",
Chicago : Encyclopaedia Britannica Inc.,
1986.
Ibrahim, I. A. A
Brief Illustrated Guide To Understanding Islam,
2nd Ed. Publisher :
Darussalam, Texas-USA 1997.
Ibn Kasir Al-Dimasyqi Al-Imam, Tafsir Ibn Kasir Surah Ar-Rahman, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2000.
Lewis,
E.L. The Practical Salinity Scale 1978 and its antecedents, English : IEEE J. Ocean, 1980.
Ltqalhikmah, Feed, /http://.com.
Naik Zakir, The Quran and Modern Science : Compatible or incompatible ?, Islamich Research Foundation, 2000.
Razi Fakhruddin Imam Muhd, Tafsir Al-Razi: Surah Al-Furqan ayat 53, Darul Ihya’ At-Turath Al-Arabi, 1420 H.
Shihab M. Quraish, et al., Sejarah dan Ulum al-Quran, Cet.I; Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1999.
Pranggono Bambang dan Handayani
Dini, Mukjizat sains dalam Al-Quran: Menggali Inspirasi Ilmiah, Bandung: Ide islami, 2006.
Tantawi Jauhari Asy-Syeikh, Al-Jawaher Fi Tafsir Al-Qur’an
Al-Karim, Juzu’dua Puluh Empat, Huquk Tabi’ Mahfuzah, 1434 H.
The Key To Understanding Islam, Quranic
Saintific Explanations, Quran And Ocean, . com / en /. 4 Desember 2012.
Uniknya, Category Berita, Http//:www.Com.
Unesco (1981a). The Practical Salinity Scale
1978 and the International Equation of State of Seawater 1980.
-------------------, Background papers and supporting data on the Practical
Salinity Scale 1978.
-------------------,The International System of Units (SI) in Oceanography, 1985.
Yunus Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1992.
[9] Imam Muhd Razi Fakhruddin, Tafsir Al-Razi: Surah Al-Furqan Ayat 53 (Darul Ihya’ At-Turath Al-Arabi, 1420
H),), 100-101.
[10] Wahbah Az-Zuhaily, Al-Munir: Surah Al-Furqan Ayat 53 (Darul Fikir Wa Al-Ma’asir, 1418 H). Jilid. 27, 206.
[11] Abu Al Sana Shihab Al Din Al
Sayyid Mahmud Al Alusi Al Baghdadi, Tafsir Al-Alusi : Ruhul Ma’ani (Darul Kitab Al-Alamiah
Beirut ). Juz 10, 33.
[14] Al-Imam Ibn Kasir
Al-Dimasyqi, Tafsir Ibn Kasir
Surah Ar-Rahman (Bandung : Sinar Baru
Algensindo, 2000), 6.
[15] Ibid,.
[16] Al-Ustaz Al-Hakim Asy-Syeikh Tantawi Jauhari, Al-Jawaher Fi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim,
Juzu’dua Puluh Empat (Huquk Tabi’ Mahfuzah, 1434
H), 17.
[23] Ibrahim,
i. A. A Brief
Illustrated Guide To Understanding Islam, 2nd
Ed. (Publisher :
Darussalam, Texas-Usa 1997).
[29] Goetz, p. W. (ed.): "The New
Encyclopaedia Britannica (15th edn)", (Chicago : Encyclopaedia Britannica Inc., 1986), vol. 3, 937.
[30] Lewis, e.l. The Practical Salinity Scale
1978 And Its Antecedents.( English
: Ieee j. Ocean, 1980),
oe-5(1) : 3-8.
[31] Unesco (1981a). The Practical Salinity Scale
1978 And The International Equation Of State Of Seawater 1980. Tech. Pap. Mar. Sci., 36, 25.
[32] Unesco (1981b). Background Papers And
Supporting Data On The Practical Salinity Scale 1978. Tech. Pap. Mar. sci., 37, 144.
[33] Unesco (1985). The
International System Of Units (Si) In Oceanography. Tech. Pap. Mar. Sci., 45, 124.
[36] Zakir Naik, The Quran
And Modern Science : Compatible Or Incompatible ?, (Islamich Research Foundation, 2000), 22.
[37] Bambang Pranggono Dan Dini Handayani, Mukjizat Sains Dalam Al-Quran:
Menggali Inspirasi Ilmiah (Bandung: Ide Islami, 2006), 55-56.
[40] The Key To Understanding Islam, Quranic
Saintific Explanations, Quran And Ocean, Http://Www. Com/En/. 4 desember
2012.
Langganan:
Postingan (Atom)